Jakarta (ANTARA) - Pakar Rekayasa Transportasi Institut Teknologi Bandung Sony Sulaksono Wibowo menilai secara teknis pembangunan Tol Layang Jakarta-Cikampek sulit dipercepat.

“Kendala utama untuk percepatan adalah murni karena alasan teknis. Produksi baja dengan kualitas yang diminta untuk balok (girder) elevated tidak bisa mengejar,” kata Sony kepada Antara di Jakarta, Selasa.

Dia menjelaskan sebagian besar balok jembatan layang Jakarta-Cikampek menggunakan baja yang dilapis khusus untuk antikarat.

“Teknologi pelapisan tersebut tidak bisa dipercepat karena terkait dengan kualitas hasilnya,” katanya.

Sony mengakui adanya persinggungan pembangunan Tol Layang Jakarta-Cikampek ini dengan pekerjaan LRT Jabodetabek dan Kereta Api Cepat Jakarta Bandung, namun tidak menyebabkan perlambatan proyek secara keseluruhan secara signifikan.

Jika mengikuti rencana awal, Tol Layang Jakarta-Cikampek direncanakan beroperasi sekitar pertengahan tahun 2020.

Sony mengatakan Tol Layang Jakarta-Cikampek dari semula tidak dirancang selesai pada pertengahan tahun ini, namun ada percepatan untuk dibuka secara fungsional pada musim mudik.

Setelah dilakukan percepatan dalam tiga-empat bulan terakhir ini, lanjut dia, ternyata target dibuka fungsional untuk mudik sulit dilakukan.

Demikian juga dengan target dibuka untuk arus balik satu sisi saja juga tidak mungkin dilakukan.

Tol Jakarta Cikampek adalah gerbang masuk Jakarta untuk semua pergerakan dari Timur dan Selatan Jakarta.

Lingkup layanannya adalah seluruh Jawa dan Bali, kecuali Banten. Arus lalu lintas yang masuk melalui tol ini, tidak saja arus penumpang tapi juga barang, khususnya barang ekspor impor ke dan dari Tanjung Priok.

Sony mengatakan tingginya volume arus orang dan barang menjadi pertimbangan perlunya peningkatan kapasitas tol dengan menggunakan tol layang, selain menambah jaringan lingkar, mulai dari JORR 1, 2 dan nanti 3 yang menghubungkan langsung ke Tanjung Priok.

Menurut dia, idealnya barang diangkut ke pelabuhan melalui kereta api, tetapi sayangnya dalam perkembangan hampir 50 tahun ini, pelabuhan Tanjung Priok tidak dirancang untuk sepenuhnya melayani barang dengan transportasi tersebut.

Saat ini, sudah ada jalur kereta api ke Tanjung Priok melalui Pasoso, namun kapasitasnya sangat terbatas karena lahan bongkar muat di pelabuhan sulit untuk dikembangkan bagi stasiun.

Selain itu, juga sedang dibangun alternatif arus barang ke dan dari Tanjung Priok menggunakan kanal dan juga pengembangan pelabuhan baru di Patimban, Kabupaten Subang. ***1***

T.J010/

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2019