Lampung Selatan,(ANTARA News) - Sejumlah warga korban tsunami Selat Sunda yang melanda kawasan permukiman di pesisir Kabupaten Lampung Selatan pada Sabtu (22/12) malam, mulai berdatangan untuk melihat kondisi puing-puing bekas rumah mereka telah tersapu gelombang tinggi tersebut, Sabtu.

Tsunami Selat Sunda dipicu letusan/erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK) yang menerjang Desa Kunjir, Kecamatan Rajabasa, di Kabupaten Lampung Selatan telah meratakan rumah-rumah warga yang berada di pinggiran pantai tersebut.

Tujuh hari pascatsumani yang terjadi di desa itu, ada beberapa warga sebelumnya memilih mengungsi di perbukitan maupun di rumah kerabat mulai berdatangan lagi untuk melihat kondisi rumah mereka yang telah hancur oleh tsunami.

Mereka mencoba mencari sisa-sisa barang yang masih bisa diselamatkan dan dimanfaatkan.

Rumah Rosmiyati, warga Desa Kunjir korban tsunami, telah rata dengan tanah, dan kini hanya menyisakan puing-puing bangunannya.

Rosmiyati menuturkan bahwa saat malam kejadian itu, ia berada di dalam warung miliknya dan berencana menutup serta merapikan dagangannya.

Namun, tiba-tiba ombak pertama dengan kencang menghantam dirinya, warung serta rumahnya hingga roboh, selanjutnya membawa serta dirinya terseret ombak hingga puluhan meter ke belakang. Untungnya, dia tersangkut pada bagian rumah tetangga di belakang rumahnya.

"Saat itu saya merasa melayang, saya biarkan saja tubuh ini terbawa air maunya kemana, pasrah saja," katanya dengan suara lirih mengingat peristiwa tsunami dahsyat itu.

Dia menjelaskan, kaki, mata, dan badannya yang memar terhantam kayu dan sampah-sampah yang terbawa oleh gelombang air laut, namun setelah sadar, dia dengan semangat hidup yang masih ada memaksakan untuk berdiri dan lari ke belakang untuk menyelamatkan diri.

"Waktu itu tidak terpikirkan suami, anak, dan cucu lagi," katanya pula.

Namum, setelah berakhir tsunami tersebut, dia masih bersyukur suami dan keluarga semuanya selamat. Namun harta benda tidak ada yang tersisa dan hanya membawa apa yang menempel di tubuhnya.

Sedangkan Pardi, anak Rosmiyati, waktu itu sedang berada di Bakauheni sehingga tidak mengalami bencana tsunami tersebut..

Namun, saat mendengar informasi adanya tsunami itu, dia langsung putar arah, untuk kembali ke rumahnya melihat kondisi ibu dan bapaknya.

"Syukurlah mereka semua selamat, dan langsung saya bawa ke rumah, untuk menenangkan mereka," katanya.

Dia mengaku, hari ini mengantar ibunya untuk melihat-lihat kondisi rumah dan mencari barang-barang yang masih bisa diselamatkan atau masih bisa dipakai lagi.

"Syukurlah Alquran ibu, HP ibu, dan baju sekolah punya adik masih ketemu, meski HP sudah tidak bisa digunakan lagi," ujar Pardi.

Begitu pula dengan Pajrin yang datang dengan istrinya untuk mencari sisa-sisa barang yang masih bisa dipakai olehnya dari sisa puing-puing rumahnya terhantam tsunami.

Semua barang berharga yang berada di rumahnya sudah habis tidak tersisa sama sekali, hanya menyisakan rongsokan/bangkai peralatan elektronik miliknya seperti TV, radio dan DVD sudah hancur berantakan dihantam gelombang itu.

Baca juga: Erupsi Gunung Anak Krakatau masih aktif dan berpotensi bangkitkan tsunami

Baca juga: Pengelola Tanjung Lesung mulai bersihkan puing akibat tsunami Selat Sunda

Baca juga: BNPB katakan dampak letusan Anak Krakatau tidak sebesar Gunung Krakatau

Pewarta: Budisantoso B & Dian Hadiyatna
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018