Jakarta (ANTARA News) - Pengelola gedung di Jakarta diimbau agar melakukan simulasi evakuasi bencana rutin minimal dua kali dalam setahun untuk mengurangi risiko bencana lebih besar.

"Kami tidak menawarkan, hanya mengimbau perlunya melaksanakan simulasi penanggulangan kebakaran dan bencana," tegas Kepala Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Selatan, Irwan di Jakarta, Kamis.

Irwan menyampaikan sosialisasi dilakukan di 80 lokasi, belum termasuk ke sosialisasi di sekolah dan kantor. 

Pengelola gedung biasanya meminta pemadam kebakaran agar menyiapkan mobil pemadam, ambulans, dan personel untuk latihan evakuasi bencana.

Pihaknya menilai sosialisasi berupa simulasi bencana efektif karena sikap masyarakat ketika dihadapi bencana seperti kebakaran sangat berpengaruh terhadap risiko lainnya.

"Sikap kita ketika menghadapi kebakaran juga penting. Jangan sampai penghuni gedung panik, kalau mereka panik efeknya malah kebakaran makin besar, kalau mereka tahu titik api dan memadamkan secara mandiri maka kebakaran pun akan bisa ditangani," tambah Irwan.

Damkar Jaksel bersyukur masyarakat sudah mulai peduli akan pentingnya simulasi bencana, seperti permintaan latihan evakuasi yang sering datang dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Selain gedung, sosialisasi kerap menyasar ke taman kanak-kanak melalui media seni dan praktek pemadaman menggunakan selang berukuran kecil agar anak-anak mampu menyerap informasi dengan cepat dan mudah.

Kebakaran kerap melanda gedung-gedung tinggi di Jakarta, misalnya kebakaran yang melanda pusat perbelanjaan Pejaten Village, Jakarta Selatan pada Selasa (13/11) malam.

Petugas berhasil memadamkan api karena pengelola gedung telah terlebih dahulu memadamkan sumber kebakaran dengan "sprinkler" sehingga api dapat dengan cepat dipadamkan. 

Baca juga: Panel listrik picu kebakaran gedung Kementerian PPPA
Baca juga: Gedung Pemkot Jakarta Selatan terbakar

Pewarta: Tessa Qurrata Aini
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018