Medan, Sumatera Utara (Antara News) - Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) ikut serta dalam kegiatan 8th Indonesia Climate Change Forum and Expo 2018, yang digelar di Hotel Santika, Medan, Sumatera Utara, yang digelar dari tanggal 17 sampai 19 Oktober 2018.

Dalam acara tersebut, Ditjen EBTKE membuka booth dan menampilkan rencana aksi dan tindak lanjut sektor energi untuk mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC), pasca Pemerintah Indonesia meratifikasi Persetujuan Paris Agreement atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim melalui Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 tertanggal 24 Oktober 2016.

Perwakilan Ditjen EBTKE, Kepala Seksi Penerapan Teknologi Efisiensi Energi, Ardian Marta Kusuma yang hadir sebagai pembicara di sesi workshop juga menjelaskan jika pihaknya juga tengah melakukan pembangunan rendah karbon, yang di jalankan di 5 komponen, yaitu EBT listrik, EBT non-listrik, konservasi energi, teknologi bersih, migas dan reklamasi.

“Kenaikan suhu bumi tidak boleh melebihi sampai 2 derajat karena akan mengalami panas pada bumi yang akan merugikan masyarakat” kata Ardian dalam pemaparannya yang dihadiri oleh siswa-siswi serta guru dari Al-Azhar kota Medan.

Selanjutnya, Ardian menjelaskan bahwa Kementerian ESDM mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan energi sebagai penggerak ekonomi nasional namun juga meminimalisir dampak terhadap perubahan iklim.

Ditampilkan pula informasi mengenai ISO 50001 Manajemen Energi yang merupakan standar internasional terkait manajemen energi, untuk melaksanakan rencana aksi pengelolaan energi. Aksi mitigasi sektor energi dilaksanakan di berbagai subsektor.

Untuk subsektor EBTKE diwujudkan dengan memaksimalkan penggunaan energi bersih/energi terbarukan melalui pembangunan PLTP, PLTS, PLTM, PLTMH, PLTB, PLT Hybrid, PLT Biomassa, Biogas, Biodiesel, penerapan mandatori manajemen energi, penerapan program kemitraan konservasi energi, peningkatan efisiensi peralatan Rumah tangga, pembangunan PJU cerdas, serta melalui program Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE).

Untuk subsektor mineral dan batubara, diwujudkan melalui reklamasi lahan pasca tambang. Subsektor minyak dan gas bumi (migas), aksi mitigasi dilaksanakan melalui program konversi minyak tanah ke LPG, penggunaan gas alam sebagai bahan bakar angkutan umum perkotaan, peningkatan sambungan rumah yang teraliri gas bumi melalui pipa (jargas) dan pembagian converter kit untuk nelayan.

Subsektor ketenagalistrikan, aksi mitigasi diwujukan melalui pembangunan PLTA, penggunaan clean coal technology pada pembangkit listrik, penggunaan waste heat recovery pada pembangkit listrik, penggunaan coogeneration pada pembangkit listrik.

Untuk diketahui, kegiatan yang mengambil tema Together Towards a Low Carbon Future ini diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI bekerja sama dengan The Climate Reality Project. Acara ini bertujuan agar para stakeholder seluruh Indonesia lebih menaruh perhatian pada perubahan yang terjadi di lingkungan, terutama terkait perubahan iklim.

“Pemanasan global telah menjadi perhatian masyarakat dunia, dampak dari pemanasan global yang Indonesia rasakan ditandai dengan adanya bencana alam dan bencana ekologis seperti kejadian banjir, longsor, dan angin ribut yang semakin sering," ujar Kepala Badan Litbang dan Inovasi KLHK RI, Dr. Agus Justianto dalam sambutannya.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2018