Saat pertama kali mau diberikan ARV, pasien juga menjalani pengecekan darah, fungsi hati dan ginjal. Biasanya setelah tiga bulan, akan ketemu jenis ARV yang cocok dengan dirinya
Negara, Bali (ANTARA News) - Ketersediaan obat bagi penderita HIV/AIDS yakni antiretroviral (ARV) di Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali masih tercukupi untuk seluruh penderita.

"Obat ARV untuk HIV/AIDS tersimpan di gudang farmasi Dinas Kesehatan. Pihak RSU Negara setiap bulan mengajukan pengambilan yang disalurkan ke penderita. Cadangan obat di sini cukup untuk tiga bulan," kata Kepala Dinas Kesehatan Jembrana dr Putu Suasta MKes, di Negara, Selasa.

Ia mengatakan, pihaknya secara berkala mengusulkan ke Pemerintah Provinsi Bali untuk mendapatkan pasokan obat tersebut, yang selama ini jumlahnya selalu dipenuhi sesuai usulan.

Untuk pasien yang positif mengidap virus HIV/AIDS baik hasil pemeriksaan di rumah sakit maupun Puskesmas, katanya, mengambil ARV di RSU Negara untuk kebutuhan selama satu bulan.

"Adanya obat cadangan tiga bulan, untuk mengantisipasi jika ada pasien yang baru, agar tidak menunggu kiriman obat dari provinsi. Ini sudah menjadi prosedur tetap di setiap kabupaten," katanya.

Terkait dengan tahapan konsumsi ARV hingga penderita HIV/AIDS mendapatkan jenis obat yang cocok, ia mengatakan, biasanya setelah tiga bulan pasien akan menemukan kombinasi ARV yang cocok dengan kebutuhan badannya sehingga kondisinya stabil.

Sebelum mendapatkan jenis ARV yang cocok, menurutnya, pasien wajib datang dua minggu sekali untuk menjalani pengecekan efek samping dari obat yang dikonsumsi.

 "Saat pertama kali mau diberikan ARV, pasien juga menjalani pengecekan darah, fungsi hati dan ginjal. Biasanya setelah tiga bulan, akan ketemu jenis ARV yang cocok dengan dirinya," katanya.

Setelah mendapatkan jenis obat yang cocok, sambil mengambil obat setiap bulan, pasien juga diperiksa secara rutin, termasuk enam bulan sekali menjalani pengecekan kekebalan tubuh.

Namun ia mengungkapkan, pasien penderita HIV/AIDS yang mendapatkan ARV adalah pasien yang diketahui identitasnya, sementara indikasinya masih banyak yang tidak terdeteksi.

"Kami mengimbau kepada masyarakat yang prilakunya rawan tertular virus ini untuk memeriksakan ke Puskemas terdekat. Pemeriksaannya gratis, selain itu apabila terinfeksi akan lebih cepat ditangani," katanya.

Sementara Koordinator Komunitas Jalak Bali Jembrana I Made Suarnayasa, yang bergerak sebagai pendamping penderita HIV/AIDS mengakui, seluruh penderita merata bisa mendapatkan ARV.

"Seluruh penderita yang terdata mendapatkan ARV. Cuma ada juga penderita yang memutuskan untuk tidak mengkonsumsi ARV. Kalau itu yang terjadi, bukan salah pemerintah atau pendamping, karena kami sudah berusaha memberikan pemahaman agar yang bersangkutan mengkonsumsi ARV," katanya.

Ia mengatakan, seluruh pengambilan ARV dipusatkan di RSU Negara, sementara pihaknya melakukan pendampingan agar kualitas hidup penderita menjadi lebih baik, yang sangat berpengaruh terhadap kekebalan tubuhnya.

Terkait penderita yang memutuskan untuk berhenti mengkonsumsi obat, menurutnya, dipengaruhi banyak faktor seperti malas, takut efek samping obat, lemahnya pengawasan keluarga agar yang bersangkutan teratur mengkonsumsinya dan rasa putus asa dari penderita.

"Intinya pemerintah sudah menyediakan ARV, yang khusus Kabupaten Jembrana cukup untuk seluruh penderita. Untuk mengkonsumsi obat ini secara teratur, peran keluarga sangat besar dalam memotivasi dan mengawasi penderita," katanya.

Berdasarkan data di Dinas Kesehatan Jembrana, secara kumulatif hingga bulan September 2018 sebanyak 948 warga kabupaten ini tertular HIV/AIDS. 


Baca juga: Pengobatan ARV kendalikan penyebaran HIV/AIDS
Baca juga: Warga Jembrana Bali tertipu oknum penjual obat

Pewarta: Gembong Ismadi
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2018