Cuaca saat ini dan dalam beberapa hari mendatang diperkirakan akan berbahaya untuk pelayaran
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perhubungan serta Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika secara bersama-sama merilis kondisi cuaca dalam beberapa hari ke depan yang dinilai membahayakan untuk pelayaran.

Saat ini BMKG perlu memberikan peringatan dini berikutnya karena diperkirakan pada tanggal 22-26 Juli 2018 masih akan terjadi gelombang tinggi dengan ketinggian 2,5-6,0 meter dan puncak ekstrem diperkirakan terjadi pada 24 hingga 25 Juli 2018.

Mendapat laporan seperti itu Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memperingatkan kepada nelayan dan operator pelayaran kemungkinan besar akan terjadi cuaca buruk di transportasi laut sehingga membahayakan kapal dan penumpang.

"Cuaca saat ini dan dalam beberapa hari mendatang diperkirakan akan berbahaya untuk pelayaran sehingga diminta seluruh nelayan dan operator pelayaran agar memperhatikan peringatan dini soal cuaca," kata Budi.

Kecelakaan kapal selama ini antara lain banyak yang disebabkan oleh faktor cuaca yang ekstrem dan seringkali tidak terlalu diperhatikan oleh nelayan dan bahkan sering diabaikan oleh operator pelayaran.

Apalagi untuk pelayaran rakyat, seperti nelayan misalnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menekankan agar serius memperhatikan kondisi cuaca sebelum melaut untuk menangkap ikan karena bisa membahayakan diri sendiri dan awaknya.

Memang konsekuensinya nelayan tidak bisa melaut dan tidak mendapatkan ikan karena cuaca buruk dan itu pilihan yang lebih baik serta tepat dibanding memaksakan diri.

Khusus untuk pelayaran pengangkut penumpang, Kemenhub selalu memberi penekanan mengenai pentingnya keselamatan sebagai hal yang mutlak dan harus menjadi perhatian oleh nakhoda serta syahbandar.

Harus diakui saat ini faktor keselamatan memang masih belum menjadi prioritas oleh masyarakat dan pemangku kepentingan pelayaran, sehingga kecelakaan di perairan masih banyak terjadi.

Berbeda dengan sektor pelayaran, untuk sektor penerbangan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menilai belum terpengaruh dengan kondisi cuaca buruk ekstrem meskipun tingkat kewaspadaan tetap terus dilakukan untuk menghindari kecelakaan.

"Sejauh ini belum ada dampak signifikan kondisi cuaca buruk di penerbangan. Tapi kita tetap harus intensif dan terus mencermati kondisi kemungkinan cuaca mengganggu penerbangan," kata kata dia.

Dari laporan yang selama ini diterima belum ada gangguan penerbangan akibat cuaca buruk. Tapi hal itu bukan berarti pemangku kepentingan di sektor penerbangan bisa abai dan diminta untuk tetap waspada serta menjalankan prosedur standar operasi yang berlaku selama ini seperti memantau kondisi cuaca hari per hari.

Baca juga: Cuaca buruk, Kemenhub keluarkan peringatan bahaya pelayaran


Gelombang Tinggi

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, dari hasil pemantauan BMKG cuaca ekstrim di perairan terjadi pada 22 hingga 28 Juni 2018 yang ditandai dengan tingginya gelombang laut dan kencangnya angin.

"Puncak cuaca buruk di perairan diperkirakan akan terjadi pasda 24 hingga 25 Juni 2018. Pada dua hari itu diharapkan semua pihak pelayaran, baik kapal besar maupun nelayan agar waspada," kata dia.

BMKG untuk memantau cuaca di seluruh daerah di Indonesia telah menyiapkan setidaknya 40 radar yang tersebar di sejumlah daerah serta satelit yang selanjutnya kondisi cuaca bisa terdeteksi dalam beberapa hari ke depan.

Prakiraan tinggi gelombang laut di perairan Indonesia pada tanggal 22 hingga 26 Juli 2018, antara lain tinggi gelombang 1,25 hingga 2,5 meter (sangat waspada) berpeluang terjadi di Selat Malaka bagian utara, Laut Natuna Utara, Laut Jawa, Perairan timur Kotabaru, Selat Makassar bagian selatan, Perairan Kepulauan Selayar, Laut Flores, Perairan Baubau-Kepulauan Wakatobi, Laut Banda, Perairan selatan Pulau Buru-Pulau Seram, Perairan Kepulauan Kei-Kepulauan Aru, Perairan Kepulauan Babar-Kepulauan Tanimbar, Laut Arafuru dan Perairan Jayapura

Tinggi Gelombang 2,5-4 meter (berbahaya) berpeluang terjadi di Perairan Sabang, Perairan utara dan barat Aceh, Perairan barat Pulau Simeulue hingga Kepulauan Mentawai, Perairan barat Bengkulu-Kepulauan Enggano, Perairan barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan, Perairan selatan Jawa hingga Pulau Sumbawa, Selat Bali-Selat Lombok-Selat Alas bagian selatan, Perairan selatan Pulau Sumba, Laut Sawu, Perairan selatan- Pulau Rote.

Pada tanggal 24-26 Juli 2018 berpeluang terjadi peningkatan tinggi gelombang menjadi 4 - 6 meter (sangat berbahaya) di Perairan barat Aceh, Perairan barat Pulau Simeulue hingga Kepulauan Mentawai, Perairan barat Bengkulu-Lampung, Samudra Hindia barat Sumatra, Perairan selatan Jawa hingga Pulau Sumba, Selat Bali-Selat Lombok-Selat Alas bagian selatan, Samudra Hindia selatan Jawa hingga NTB.

Faktor yang menyebabkan terjadinya kondisi cuaca signifikan tersebut ialah masuknya periode puncak musim kemarau (Juli-Agustus) khususnya di wilayah Indonesia bagian selatan (Jawa, Bali, Nusa Tenggara).

Hal ini ditandai dengan berhembusnya massa udara (angin) yang dingin dan kering dari wilayah Australia yang berdampak pada minimnya potensi hujan dan terjadi peningkatan kecepatan angin di wilayah Indonesia bagian selatan pada periode tersebut.

Kondisi tekanan tinggi yang bertahan di Samudra Hindia (barat Australia) atau disebut dengan istilah "Mascarene High" memicu terjadinya gelombang tinggi di perairan selatan Indonesia.

Hal ini dikarenakan kecepatan angin yang tinggi di sekitar wilayah kejadian "mascarene high" di Samudra Hindia (barat Australia) dan terjadinya swell/alun yang dibangkitkan oleh "mascarane high" menjalar hingga wilayah Perairan Barat Sumatra, selatan Jawa hingga Pulau Sumba. Kondisi tersebut juga berdampak pada peningkatan tinggi gelombang hingga berkisar 4-6 meter di perairan selatan Jawa hingga Nusa Tenggara.

Secara umum, masyarakat diperingatkan agar tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi yang kemungkinan dapat terjadi seperti waspada terhadap kemungkinan hujan disertai angin kencang yang dapat menyebabkan pohon maupun baliho tumbang dan roboh.

Disarankan juga tidak berlindung di bawah pohon jika hujan disertai kilat/petir dan waspada kenaikan tinggi gelombang.

Masyarakat khususnya nelayan disarankan menunda kegiatan penangkapan ikan secara tradisional hingga gelombang tinggi mereda.

Masyarakat dan kapal-kapal terutama perahu nelayan dan kapal ukuran kecil agar tidak memaksakan diri melaut serta tetap waspada dan siaga bencana dalam melakukan aktivitas pelayaran.
 

Baca juga: Menhub: sektor penerbangan belum terpengaruh cuaca buruk

Baca juga: Siklon Maria bergerak menjauhi Indonesia


 

Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018