Jakarta (ANTARA News) - Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) menegaskan bahwa stok beras nasional saat ini mencapai 1,3 juta ton, sehingga sangat aman menghadapi kebutuhan saat Ramadhan, Lebaran 2018 bahkan hingga dalam 5-6 bulan berikutnya.
     
"Stok beras selalu berubah dari waktu ke waktu, namun kami pastikan stok itu saat ini sudah tersebar ke seluruh gudang-gudang Bulog," kata Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Karyawan Gunarso, saat meninjau Gudang Bulog di kawasan Kelapa Gading, Jakarta, Kamis.
   
Pada kesempatan itu, Gunarso mengajak sejumlah media untuk melihat langsung gudang yang berisi sekitar 200.000 ton beras, yang siap setiap saat disebar untuk memenuhi kebutuhan beras warga Jakarta dan sekitarnya.
     
Ia menjelaskan, total stok nasional beras sebanyak 1,3 juta ton, berasal dari serapan beras petani lokal sekitar 800.000 ton, dan beras impor asal Vietnam sekitar 500.000 ton yang sudah tiba di Tanah Air.
   
"Stok Bulog itu terdiri atas cadangan beras pemerintah dan beras komersial yang diserap dari lokal," kata Gunarso.
     
Dengan stok 1,3 juta tersebut dipastikan telah memenuhi batas minimum yang ditetapkan dalam Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) Pemerintah periode April 2018 bahwa cadangan beras dipatok antara 1-1,5 juta ton.
     
Bulog sesuai perannya, ditugasi untuk memenuhi cadangan stok nasional (buffer) beras, kedua menjaga stabilisai harga.
     
Persoalannya ujar Wawan, adalah bagaimana stok beras 1,3 juta ton tersebut ada di gudang Bulog yang jumlahnya mencapai 1.600 gudang di 26 Divisi Regional (Divre) dan 130 SubDivre di seluruh Indonesia.
     
Total kapasitas daya tampung seluruh gudang Bulog secara nasional mencapai 4 juta ton.
     
"Selain beras, Bulog juga sudah memastikan stok komoditi utama lainnya seperti gula yang saat ini mencapai 180.000 ton, daging kerbau sebanyak 4.300 ton dan minyak goreng sebanyak 5,3 juta liter," ujar Gunarso.
   
Sedangkan terkait stabilisasi harga beras, Bulog siap menyebar beras dengan tiga cara yaitu door to door kepada konsumen, melalui pasar dan retailer (pengecer), outlet-outlet Rumah Pangan Kita (RPK), agen-agen BUMN Pangan.
     
Saat ini Bulog memiliki jaringan 40.000 RPK yang menjadi target sasaran stabilisasi harga.
     
Sedangkan dengan BUMN, Bulog bermitra dengan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), PT Pertani, PT Sang Hyang Seri, dan PT Pupuk Indonesia Pangan.
     
Kerja sama dengan Kementerian/Lembaga dilakukan seperti dengan TNI dan Polri melalui kantor Danramil, kantor-kantor Polsek dan Polres dapat dijadikan outlet penjualan dan distribusi beras dan komiditi utama lainnya.
     
"Dulu intervensi pasar untuk menurunkan harga disebut Operasi Pasar, sekarang disebut program Ketersediaan Stok dan Stabilisasi Harga. Harga beras Bulog yang disebar kepada masyarakat Rp500 per kilogram lebih rendah dibanding Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan Pemerintah," ujarnya.


Baca juga: Kemendag: tambahan impor beras 500.000 ton untuk stok dan stabilisasi

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018