Bengkulu (ANTARA News) - Sejumlah aktivis lingkungan  Koalisi Anti-Ijon Politik Bengkulu menilai pemilihan wali kota dan wakil wali kota Bengkulu berpotensi disusupi praktik ijon politik yakni perjanjian antara kandidat dengan pengusaha sektor industri ekstraktif guna dengan ambil balik dana pemenangan.

"Potensinya ada karena masing-masing kandidat membutuhkan dana untuk membiayai pemenangan, sementara modal terbatas maka dalam titik ini ijon politik masuk, " kata Koordinator Koalisi Anti-Ijon Politik Bengkulu, Olan Sahayu dalam jumpa pers di Kantor Kanopi Bengkulu di Bengkulu, Minggu.

Mengutip penelitian Direktorat Penelitian dan Pengembangan Komisi Pemberantasan Korupsi (Litbang KPK) berjudul "Studi Potensi Benturan Kepentingan Dalam Pendanaan Pilkada 2015", Olan memaparkan, biaya yang dibutuhkan untuk menjadi wali kota/bupati adalah Rp20-30 miliar.

Sementara hasil laporan Harta dan Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) para kandidat wali kota dan wakil wali kota Bengkulu menunjukkan harta kekayaan calon wali kota terbesar hanya Rp13,9 miliar. Dengan kata lain, modal  itutidak sebanding dengan kebutuhan biaya yang sangat besar untuk ikut Pilkada.

"Dalam kondisi ini ijon berpotensi terjadi demi menutupi kebutuhan biaya itu para kandidat giat mencari sponsor termasuk pengusaha bidang industri ekstraktif," kata dia menengarai.

Ia pun menyoroti krisis lingkungan akibat industri ekstraktif tambang batu bara yang mencemari Sungai Bengkulu yang bermuara di Kota Bengkulu. Air sungai dipenuhi batu bara bahkan meluber hingga pesisir Bengkulu.

Karena itu, momentum pilkada Kota Bengkulu menjadi strategis untuk mencermati komitmen politik para kandidat pemimpin daerah yang akan dipilih pada 27 Juni 2018.

Anggota koalisi lainnya, Ali Akbar mengatakan konspirasi pengusaha dan penguasa harus segera diakhiri dengan menagih komitmen para kandidat untuk serius mengatasi persoalan lingkungan di Kota Bengkulu.

Pemilihan wali kota dan wakil wali Kota Bengkulu diikuti empat pasangan calon yakni pasangan Patriana Sosialinda-Mirza, Erna Sari Dewi-Ahmad Zarkasi, David Suardi-Baksir, dan Helmi Hasan-Dedy Wahyudi.
 

Pewarta: Helti Marini S
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018