London (ANTARA News) - Puluhan masyarakat Austria antusias mengikuti pelajaran teknik dasar pembuatan batik dalam lokakarya yang diadakan KBRI Wina bekerja sama dengan Modul Unversity di Wina.

Sekretaris Kedua Fungsi Pensosbud KBRI/PTRI Wina, Wina Retnosari, kepada Antara di London, Kamis, mengatakan lokakarya yang diikuti oleh mahasiswa, tenaga pengajar Modul University, pengurus dan anggota lembaga persahabatan, serta pecinta seni budaya Indonesia itu diresmikan oleh Wakil Kepala Perwakilan RI di Wina, Witjaksono Adji.

Pada kesempatan itu, Witjaksono menjelaskan "penyelenggaraan lokakarya batik menjadi salah satu upaya Pemerintah RI mempromosikan industri batik Indonesia".

Selain itu, memperkenalkan nilai-nilai luhur seni budaya Indonesia kepada publik luas di Austria, tambah dia.

Sejak 2009, teknik membuat batik terdaftar sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia untuk kategori Tak Benda oleh UNESCO.

Witjaksono Adji mengharapkan lokakarya itu membuka peluang lebih luas bagi terwujudnya kerja sama antara lembaga pendidikan Indonesia dan Austria, khususnya bidang pariwisata dan perhotelan.

Kegiatan yang berlangsung selama dua jam tersebut diawali dengan presentasi dari Lisa Niedermayr, pakar tekstil dari Academy of Fine Arts Vienna dan Doktor Jani Kuhnt Saptodewo, mantan kurator Weltmuseum Vienna.

Lisa menjelaskan mengenai proses pembuatan karya seni tekstil dan kerajinan tangan di Austria dengan menggunakan bahan pewarna tradisional dari tumbuhan yang menghasilkan warna biru indigo.

Berbagai pola tekstil yang menjadi ciri khas beberapa daerah di Austria, seperti Burgenland dan Bad Leonfelden, mengambil inspirasi dari keindahan alam sekitar wilayah tersebut.

Sementara Jani Kuhnt Saptodewo memaparkan tentang filosofi batik serta sejarah koleksi ratusan batik kuno yang dimiliki Weltmuseum.

Dia mengatakan batik tiba di Austria sejak 1858. Saat itu Kerajaan Austro-Hungaria mengirimkan wakilnya untuk melakukan ekspedisi keliling dunia.

Wakil Kerajaan Austro-Hungaria tiba di Batavia pada Mei 1858. Mereka bertemu dengan penguasa daerah Cianjur dan Bandung. Dalam pertemuan tersebut, delegasi Kerajaan Austro-Hungaria mendapat hadiah sejumlah benda berharga, termasuk beberapa kain batik yang saat ini menghiasi Gallery of Indonesia di Weltmuseum.

Baca juga: Anak-anak Hongaria belajar membatik dan bermain congklak

Praktik membuat batik dipandu Yosfiarso, seniman Batik asal Yogyakarta yang saat ini bermukim di Klagenfurt, Austria.

Para peserta terlihat serius menjalani tahap-tahap membatik mulai dari pembuatan pola dengan lilin cair, pewarnaan, pengeringan, hingga fiksasi.

Meski baru pertama kali melihat canting, para peserta nampak percaya diri menggunakan alat membatik tradisional tersebut. Beberapa di antara mereka terlihat berupaya keras menghindari tetesan lilin di kain pola yang mereka gunakan.

Lokakarya batik tulis mendapat tanggapan positif dari peserta, khususnya kalangan akademisi.

Wakil Rektor Modul University, Sabine Sedlacek, menyampaikan pihaknya menyambut baik kerja sama penyelenggaraan lokakarya itu.

Modul University, lembaga pendidikan yang didirikan Kamar Dagang dan Industri Austria pada 2007 sebagai pengembangan dari Tourism College Modul. Tourism College Modul merupakan lembaga pendidikan bidang pariwisata tertua di Austria yang dibangun sejak 1908.

Baca juga: 300 warga asing belajar membatik di Taiwan

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018