Jakarta (ANTARA News) - PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I memberikan insentif berupa pembebasan biaya pendaratan atau "landing fee" untuk maskapai yang membuka rute atau penerbangan baru guna mendorong peningkatan lalu lintas transportasi udara.

Dalam pertemuan "Airport-Airlines Gathering 2018" yang diselenggarakan AP I di Jakarta, Rabu, Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi memaparkan pembebasan biaya pendaratan diberikan selama enam bulan untuk penerbangan baru di Bandara Pattimura Ambon, Bandara Frans Kaisiepo Biak, dan Bandara El Tari Kupang.

"Program insentif ini diharapkan dapat membantu maskapai dalam mengembangkan bisnisnya, khususnya dalam pembukaan rute-rute baru dan penambahan frekuensi penerbangan," ucap Faik.

Ia mengatakan pemberian insentif merupakan cara AP I dalam berkontribusi memajukan industri aviasi nasional, mendorong peningkatan lalu lintas transportasi udara, mengoptimalkan kinerja bandara, sekaligus memberikan alternatif pilihan jadwal penerbangan bagi masyarakat.

AP I juga memberikan potongan 50 persen biaya pendaratan selama enam bulan bagi rute atau penerbangan baru di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Bandara Juanda Surabaya, Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Bandara Adisutjipto Yogyakarta, Bandara Sam Ratulangi Manado, Bandara Lombok Praya, Bandara Adi Soemarmo Solo, dan Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin.

Program insentif lainnya untuk maskapai adalah pembebasan biaya promosi maskapai di bandara selama satu bulan penuh, pembebasan biaya inaugurasi pembukaan rute baru di bandara dan insentif untuk menstimulus pertumbuhan penumpang.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Bidang Penerbangan Berjadwal Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Bayu Sutanto menilai program insentif ini akan mendorong maskapai untuk membuka rute-rute baru.

Menurut dia, hampir semua pengelola bandara tentu melakukan cara yang sama mengingat pembukaan rute baru tidak langsung memberi keuntungan. Pembebasan atau potongan biaya pendaratan akan menarik maskapai untuk beroperasi di bandara tersebut.

"Bagi `airport`, insentif itu juga membuat `airlines` baik luar negeri maupun dalam negeri datang ke `airport` tersebut. Kuncinya semakin banyak airlines, semakin banyak pesawat yang `landing`, semakin banyak juga penumpang," tutur Bayu.

Selain program insentif, AP I juga mengadakan program "Collaboration Destination Development (CDD)" pada tahun ini di 10 kota, yaitu Solo, Balikpapan, Biak, Ambon, Lombok, Surabaya, Makassar, Manado, Banjarmasin dan Kupang.

Direktur Pemasaran dan Pelayanan Angkasa Pura I Devy Suradji menjelaskan CDD merupakan forum "focus group discussion" (FGD) yang diinisiasi Angkasa Pura l dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan industri pariwisata daerah untuk bersama-sama mendorong pengembangan industri pariwisata daerah.

CDD ini dilakukan dalam tiga fase; fase pertama untuk membangun "awareness" industri pariwisata, fase kedua untuk mengumpulkan dan mengaktifkan kolaborasi dan partisipasi para pemangku kepentingan, dan fase terakhir untuk melakukan strategi "hardselling" dan pengembangan aksi lanjut.

AP l juga menyelenggarakan kampanye terintegrasi dengan aktivitas global (integrated marketing campaign) di tengah penyelenggaraan kegiatan-kegiatan global, seperti "IMF World Bank Annual Meeting" di Bali pada Oktober 2018, "International Council of Woman" (lCW) "General Assembly" di Yogyakarta (September 2018), "Torch Relay Asian Games 2018" di Yogyakarta-Solo-Semarang (Agustus 2018), "Earth Day 2018" di Balikpapan (22 April 2018), serta "Earth Hour" 2018 di 13 bandara Angkasa Pura l (Maret 2018).

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018