Kediri (ANTARA News) - Aparat Kepolisian Resor Kota Kediri, Jawa Timur, masih memeriksa tamu misterius di Pondok Pesantren Al Falah, Desa Ploso, Kabupaten Kediri, menyusul maraknya kasus penganiayaan ulama di berbagai daerah di Indonesia.

"Saat ini masih diperiksa. Untuk data-datanya, saya juga belum punya," kata Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat Polresta Kediri AKP Kamsudi di Kediri, Selasa.

AKP Kamsudi juga enggan menjelaskan mengenai hasil pemeriksaan sementara terhadap tamu itu. Ia hanya mengatakan akan menunggu petunjuk dari pimpinan terkait masalah tersebut.

Polisi, katanya, juga memberlakukan pengamanan intensif terlebih menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018. Pengamanan dilakukan di seluruh daerah termasuk fasilitas umum seperti tempat ibadah, dan sejumlah tempat lainnya.

"Pengamanan sudah sejak awal. Kami patroli, ke lokasi tempat ibadah, semua sudah," kata dia.

Untuk pengamanan, selain melibatkan polisi dan Brimob juga melibatkan TNI dan unsur keamanan lainnya termasuk linmas. Pengamanan Operasi Mantap Praja mulai efektif dilaksanakan pada 8 Januari 2018. Jumlah personel yang dilibatkan sekitar 1.113 personel.

Tamu misterius mendatangani Pondok Pesantren Al Falah Kediri pada Minggu (19/2) malam. Tamu tersebut datang pada malam hari dan berniat menemui "Dzuriah" atau keluarga Pengasuh pondok pesantren. Namun, sejumlah petugas keamanan pondok menyarankan agar yang bersangkutan untuk kembali lagi besok hari, sebab sudah larut malam.

Sementara itu, Gus Abid Umar yang merupakan cucu pengasuh Pondok Pesantren Al Falah, Kabupaten Kediri, KH Zainuddin Djazuli, mengakui memang ada tamu yang hendak menemui keluarga pengasuh pondok. Namun, dirinya juga tidak mengetahui dengan pasti tujuan tamu itu.

Terkait dengan maraknya pesan singkat di grup-grup WhatsApp, Abid Umar, mengatakan itu tidak benar. Isi di grup itu menuliskan adanya tamu yang membawa senjata tajam bahkan mengancam keluarga pesantren.

"Memang ada yang diamankan polisi. Awalnya, yang bersangkutan berniat bertemu dengan `Dzuriah`. Tapi, yang di grup media sosial yang berkaitan dengan PKI tidak benar. Saya membaca beberapa di grup dan itu melebih-lebihkan," katanya.

Ia juga menyebut saat diamankan yang bersangkutan tidak membawa senjata tajam seperti isu yang tersebar di grup WhatsApp. Namun, ia mengakui dalam kurun waktu satu pekan ini ada orang asing yang terlihat di sekitar pondok.

Pihaknya juga menyerahkan sepenuhnya masalah ini ke polisi sebagai aparat berwenang. Ia juga menegaskan untuk keamanan pondok memang selalu diperketat guna mengantisipasi berbagai hal yang tidak diinginkan.

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018