Sekarang ini stigma di masyarakat kan kalau kanker payudara ujung-ujungnya meninggal. Padajal, banyak yang bertahan hidup jika ditemukan pada tahap awal. Banyak sekali kok contohnya."
Semarang (ANTARA News) - Pakar kanker dari Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Dokter Walta Gautama, Sp.B (K) Onk mengakui kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi kanker masih rendah.

"Banyak orang yang sudah mengikuti pelatihan mengenai kanker. Tetapi, tidak semua kemudian mempraktikkan apa yang didapat," katanya saat talkshow "Deteksi Dini Kanker Payudara" di Semarang, Rabu.

Talkshow yang berlangsung di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang itu merupakan kerja sama Dharma Wanita Persatuan Undip Semarang dengan Yayasan Kanker Payudara Indonesia.

Walta menjelaskan ada setidaknya 70-80 persen peserta pelatihan mengenai kanker yang tidak mempraktikkan pengetahuan yang didapatkannya, seperti deteksi dini atau konfirmasi kondisi kesehatannya.

"Makanya, kami terus gugah mereka untuk mempraktikkan. Bagaimana cara praktikin yang betul, periksakan sesuai kondisi klinis ke dokter yang tepat. Artinya, ada kesadaran konfirmasi," katanya.

Menurut dia, semua jenis penyakit kanker, termasuk kanker payudara sebenarnya bisa disembuhkan jika sudah terdeteksi sejak stadium awal dan mendapatkan penanganan secara benar dan baik.

Untuk stadium pertama kanker payudara, kata dia, tingkat kesembuhannya mencapai 95 persen, stasium kedua berkurang menjadi 80 persen, stadium tiga sekitar 60 persen, dan terus berkurang.

"Artinya, makin awal (kanker terdeteksi, red.) tingkat kesembuhannya makin tinggi. Penyebab kanker payudara belum diketahui, tetapi kebanyakan karena hormonal yang berlebih, yakni estrogen," katanya.

Dari kasus kanker payudara yang banyak ditemui, kata dia, dominan memang pada rentang usia 40-50 tahun yang penyebab utama paparannya diduga karena hormon estrogen yang berlebih.

"Kan ada yang bilang karena genetik atau bawaan. Jadi, jika terdeteksi kanker payudara pada usia di bawah 40 tahun, mungkin. Namun, kalau usia 40-50 tahun itu karena hormonal," kata Walta.

Sementara itu, Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia Linda Agum Gumelar mendorong seluruh perempuan, baik remaja, ibu muda, maupun usia senja untuk menyadari pentingnya deteksi kanker payudara.

"Sekarang ini stigma di masyarakat kan kalau kanker payudara ujung-ujungnya meninggal. Padajal, banyak yang bertahan hidup jika ditemukan pada tahap awal. Banyak sekali kok contohnya," katanya.

Melalui berbagai organisasi perempuan, termasuk Dharma Wanita, lanjut dia, Yayasan Kanker Payudara Indonesia terus menggencarkan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama perempuan.

Yang terpenting, kata Linda, kesadaran untuk melakukan deteksi dini terhadap kanker payudara, baik melakukan pemeriksaan payudara sendiri atau ke dokter jika menemukan gejala klinis.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018