Jakarta (ANTARA News) - Direktur Said Aqil Siroj Institute Dr Imdadun Rahmat mendorong pemerintah Indonesia menempuh langkah diplomatik secara sungguh-sungguh untuk mencegah tindakan Israel yang berencana memindahkan ibu kotanya dari Tel Aviv ke Yerusalem Timur.

Melalui keterangan tertulisnya yang diterima Antara, Kamis, Imdadun meyakini bahwa rencana Israel tersebut akan menimbulkan masalah baru yang sangat pelik.

"Tindakan ini harus dihentikan agar tidak merusak capaian perdamaian yang ada," jelasnya.

Saat ini, para pihak yang berkonflik, yakni negara-negara Arab dan Israel, sepakat untuk mengakhiri perang dan menerima pendekatan hidup berdampingan secara damai atau `peaceful co-existence`, dimana semua pihak juga mengakui keberadaan dua negara, Palestina dan Israel, dengan perbatasan sebelum perang tahun 1967.

Hal tersebut dikukuhkan dalam Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) nomor 242 dan 338, yang isinya mencakup kewajiban Israel untuk meninggalkan wilayah Palestina yang direbutnya pada perang 1967.

Menurut Resolusi PBB tersebut, Yerusalem Timur merupakan wilayah Palestina dan tindakan sepihak dari Israel akan meningkatkan kemarahan publik Palestina.

"Dukungan Presiden AS Donald Trump terhadap keputusan kontroversial Israel betul-betul mengancam proses perdamaian yang masih terus diupayakan PBB dan badan-badan perdamaian internasional," lanjutnya.

Selain itu, menurut Imdadun, ketegangan di Palestina akan memperparah konflik dan perang di kawasan Timur Tengah yang melibatkan Israel dan Amerika Serikat.

"Konflik ini akan dibaca publik sebagai konflik agama Yahudi-Kristen melawan Islam. Hal ini akan menyuburkan radikalisme di kawasan lain khususnya dunia Islam termasuk Indonesia," ujarnya.

Oleh karena itu, Imdadun mengimbau masyarakat internasional, khususnya umat Islam, untuk tidak terpancing oleh provokasi, agitasi dan penyebaran kebencian atas dasar agama terkait apa yang sedang berlangsung di Palestina.

"Hal tersebut bukanlah konflik antaragama tetapi merupakan pertarungan antara kekuatan properdamaian dan kemanusiaan melawan kekuatan tiran," pungkasnya.

Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017