Jakarta (ANTARA News) - Nama boccia boleh jadi masih terdengar asing di dunia olahraga di Indonesia. Namun, olahraga ini telah lama diperlombakan dalam berbagai ajang kompetisi olahraga difabel.

Boccia adalah permainan strategi dan ketepatan yang pada awalnya dirancang untuk dimainkan oleh orang-orang dengan cerebral palsy..

Kini, olahraga tersebut mencakup atlit dengan gangguan kemampuan motorik ringan hingga berat.

Boccia memberikan kesempatan bagi mereka untuk bisa menghargai dan memberikan kesempatan berlomba atau berkompetisi walau mengalami gangguan motorik yang demikian," kata Fadilah Umar, Pelatih Sepakbola Cerebral Palsy Indonesia kepada Antaranews.

Fadilah sendiri mengenal boccia sejak Asean Paragames 8 Singapore 2015, yang kemudian ditugaskan oleh Presiden National Paralympic Committee (NPC) Senny Marbun untuk mengembangkannya di Indonesia.

Menurut Fadilah, boccia dapat menanamkan jiwa kompetisi, jiwa semangat tinggi, jiwa berjuang, jiwa menghargai, serta jiwa kerja sama bagi kaum cerebral palsy berat.

Boccia pertama kali dipertandingkan di Indonesia pada tingkat pelajar nasional yaitu Peparpenas (Pekan Paralimpian Pelajar Nasional) pada 7-14 November 2017 di Solo.

Pertandingan tersebut diikuti oleh tujuh provinsi yang lolos kualifikasi, di mana terdapat 15 provinsi yang berpartisipasi mendaftarkan diri saat itu.

Setelah itu, untuk pertama kalinya, Indonesia berencana mengirimkan perwakilannya untuk cabang olahraga boccia pada perhelatan Asian Paragames Jakarta 2018.

Untuk itu, NPC mengundang seluruh provinsi untuk mengikuti seleksi nasional terbuka yang digelar pada 18-19 Desember 2017 di Solo.

"Indonesia akan menyiapkan delapan atlet untuk mengikuti 5 nomer boccia dengan bertanding di kelas BC1, BC2, & BC4," ungkap Fadilah.

Semua bisa jadi atlet boccia

Pada kesempatan tersebut, Fadilah juga mengajak anak-anak maupun orang dewasa penyandang cerebral palsy di seluruh Indonesia untuk berpartisipasi dan merasakan langsung olahraga boccia ini.

"Kami mengundang seluruh orang tua yang anak atau saudara atau tetangganya menyandanh cerebral palsy atau memiliki keterbatasan motorik yang ringan hingga berat untuk berpartisipasi dalam boccia," ajak Fadilah.

Bagi mereka yang berminat, lanjutnya, dapat mendaftarkan anak atau kerabatnya di kantor cabang NPC di seluruh kota dan kabupaten di Indonesia.

Fadilah menyampaikan, Indonesia juga menerima bentuk-bentuk pelatihan boccia, salah satunya dari Uni Emirat Arab pada Mei 2016 di Dubai selama satu minggu, di mana Indonesia mengirim dua orang, yakni Fadilah sendiri dari Solo, Jawa Tengah dan Ferry Kustono dari Kalimantan Selatan.

"Indonesia perlu menerima bantuan pelatihan boccia dari negara lain untuk perwasitan dan pelatih boccia," ungkapnya.

Sahabat Boccia

Berawal dari pertemuannya dengan tim Asosiasi Persatuan Boccia Malaysia Tunku Maziah binti Tunku Muchtar Nyla di Malaysia, pendiri yayasan yang memiliki berbagai kegiatan dengan anak-anak difabel dan kurang mampu Yayasan Maria Monique Lastwish Natalia S Tjahja mulai mengenal boccia.

Pada kesempatan tersebut, Tunku Mazia meminta Natalie, panggilan akrabnya, untuk mencari tahu apakah cabor boccia akan dipertandingkan di Asian Paragames 2018 di Jakarta.

"Kemudian saya bertemu Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bapak Sidarto Danusubroto yang kemudian mengenalkan saya pada tim dari NPC," papar Natalie.

Setelah bertemu tim NPC, lanjutnya, perempuan yang memang memiliki fokus pada anak-anak difabel ini mendengar cerita bahwa Indonesia akan mulai mengembangkan olahraga boccia.

Kemudian Natalie dan rekannya Agus Gozali mencetuskan nama Sahabat Boccia untuk mereka yang ingin berpartisipasi mendukung pengembangan olahraga bagi kaum cerebral palsy ini di Indonesia.

"Pak Agus yang memberi nama Sahabat Boccia. Kami ingin mensosialisasikan dan mendukung apa yang dilakukan teman-teman NPC. Salah satunya mendapatkan satu set bola boccia untuk dipertandingkan," tukas Natalie.

Menurut Natalie, sebagai bentuk dukungan awal, Sahabat Boccia berupaya untuk mencari satu set bola boccia, yang tidak mudah diperjual belikan di Indonesia maupun di beberapa negara.

Natalie menjemput satu set bola hingga ke negeri jiran Malaysia. Sehingga pada awal Desember 2017, ia berhasil menjemput dan membawa pulang satu set bola boccia untuk diserahkan kepada Fadilah.

"Ini merupakan bentuk dukungan awal kami untuk olahraga bagi kaum difabel di Indonesia. Semoga semakin banyak yang berpartisipasi dan semakin berkembang boccia di Indonesia," ujarnya.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017