Jakarta (ANTARA News) - Pelatih tunggal putri Pelatnas PBSI Minarti Timur mengevaluasi capaian tunggal putri di turnamen bulu tangkis Jepang Terbuka 2017, di mana wakil-wakil Indonesia harus tersungkur di awal kompetisi.

Menurut Minarti di Jakarta, Jumat, atlet-atlet tunggal putri Indonesia harus bisa meningkatkan keberaniannya di lapangan, untuk menghadapi lawan-lawannya serta meningkatkan kecepatan dalam beradaptasi agar mereka tidak mudah tertekan oleh lawan.

"Mental mereka saat ini kurang berani mencoba. Kalau setelah dicoba terus tidak bisa, sebenarnya tidak apa-apa, tapi yang penting mereka harus berani buat mencoba," katanya.

Dia mencontohkan pemain-pemain Jepang yang tidak memiliki teknik sebanyak dan sebaik Indonesia, akan tetapi para utusan Negeri Matahari Terbit itu lebih berani untuk bermain habis-habisan dan tidak mau kalah walau tegang melanda.

"Dalam setiap pertandingan memang pasti ada tegang, tapi di waktu tegangnya itu, tidak mau kalahnya itu ada dan pantang menyerahnya ada. Itu yang kurang di kita. Saya inginnya anak-anak walaupun kalah mereka sudah berusaha dengan baik dan mati-matian di lapangan," ucap Minarti.

Jepang Terbuka 2017 yang kini hanya menyisakan sekitar tiga hari itu, memang menjadi salah satu catatan bagi Minarti di mana dua wakil Indonesia yang saat ini berada di Pelatnas, Fitriani dan Gregoria Mariska Tunjung, tidak mampu melewati hadangan pertama masing-masing.

Fitriani tersingkir di putaran pertama oleh wakil Thailand, Ratchanok Intanon, dua gim langsung dengan skor 20-22, 12-21. Sedangkan Gregoria bahkan tidak mampu berlaga di babak utama setelah terhenti di putaran awal fase kualifikasi oleh pemain Taiwan Pai Yu Po dalam pertarungan tiga gim berkesudahan 17-21, 21-17, 19-21.

Melihat hasil pertandingan anak didiknya, Minarti menyatakan akan memberikan sejumlah program pelatihan menyangkut semua hal yang dibutuhkan dalam pertandingan.

"Pemain kita masih harus melengkapi semua hal, dari segi mental, pola pikir mereka dan cara main harus seperti apa itu mereka harus tahu. Mereka tidak bisa hanya mengandalkan satu cara main yang sama. Jadi mungkin harus ada dua atau tiga pola yang mereka kuasai untuk bisa mengatasi lawan yang berbeda-beda," tutur dia.

Terkait dengan penilaian beberapa pihak bahwa para pemain tunggal putri Indonesia belum cocok untuk bermain di level Super Series karena kualitas yang dirasa masih jauh dari para kompetitornya, Minarti menilai justru mau tidak mau para wakil Indonesia tersebut harus diturunkan di ajang sekelas itu demi melatih mental bertanding mereka sendiri sebagai pemain utama Indonesia saat ini.

"Level Super Series mungkin memang masih cukup berat buat mereka. Tapi mau tidak mau mereka harus mencoba. Karena misalnya tahun depan mereka main di Piala Uber, lawannya kan ya yang di sini ini. Mereka tidak bisa nanti tiba-tiba kaget kalau harus ketemu lawan. Jadi mau tidak mau memang mereka mencoba di level Super Series ini. Cuma untuk menang memang masih agak berat. Tapi paling tidak saya harap mereka bisa memberi perlawanan," ucap peraih medali perak Olimpiade Sydney 2000 tersebut.

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017