Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pertanian menggelar ajang Agriventor 2017 dalam rangka mencari penemu muda teknologi pertanian yang dapat mempercepat pencapaian swasembada pangan hingga menjadikan Indonesia lumbung pangan dunia pada 2045.

"Teknologi di bidang pertanian berperan strategis dalam peningkatan peroduksi pertanian sehingga mendorong peningkatan nilai tambah produk pertanian dan tingkat pendapatan pelaku usaha pertanian," kata Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan Momon Rusmono di Jakarta, Rabu.

Momon memaparkan, teknologi tersebut mencakup sarana produksi pertanian, seperti benih, pupuk, perlengkapan pertanian, teknologi produksi, dan teknologi pengolahan hasil pertanian.

Ia juga mengingatkan bahwa teknologi bersifat dinamis dan terus berkembang sesuai dinamika permintaan pasar, tetapi percepatan inovasi teknologi sangat ditentukan oleh kapasitas SDM-nya.

"Karena itu, kegiatan peningkatan kapasitas SDM untuk mengembangkan teknologi perlu dilakukan sebanyak mungkin, sebagai ajang untuk memperkaya inovasi teknologi," kata Kepala BPPSDMP Kementan.

Sementara itu, Kepala Badan Litbang Pertanian Kementan Muhammad Syakir mengutarakan harapannya dengan kompetisi Agriventor 2017 mampu menghasilkan berbagai rekayasa teknologi pertanian yang efisien, efektif, dan mampu meningkatkan nilai tambah produk pertanian.

Ada lima kategori dalam Agriventor 2017, yakni inovasi teknologi tepat guna, menggunakan produk dalam negeri, alat-mesin pertanian cerdas dan canggih, alat yang dapat meningkatkan hasil pertanian, serta alat yang dapat memudahkan petani dalam proses penanaman, perawatan hingga panen.

Persiapan Agriventor 2017 meliputi pembuatan proposal, undangan ke universitas dan koordinasi menyeluruh dilakukan sejak awal hingga akhir September 2017.

Sedangkan penjurian dilaksanakan 14-15 Desember, serta pengumuman pemenang dan penyerahan hadiah digelar 16 Desember.

Keterangan lebih lanjut dapat mengakses situs resmi di gempita.pertanian.go.id/agriventor.

Sebagaimana diwartakan, Presiden Joko Widodo mengatakan ke depan bukan politik dan hukum yang akan menjadi penglima, tapi justru urusan pangan.

"Siapa yang punya pangan, dia yang mengendalikan," kata Presiden Jokowi saat orasi pada sidang terbuka dalam rangka "dies natalis" Institut Pertanian Bogor (IPB) di Kampus Dramaga, Kabupaten Bogor, Rabu (6/9).

Menurut Presiden, ke depan seluruh negara diperkirakan bakal berebut pangan, energi, dan air sehingga perlu disiapkan logistik yang memadai agar negara tidak mudah ditundukkan.

(T.M040/M026)

Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017