Surabaya (ANTARA News) - Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT) menobatkan tiga orang sastrawan muda pemenang Sayembara Sastra 2017 bertema "Redifinisi Identitas Jawa Timur" di Surabaya, Rabu malam.

"Mereka adalah sastrawan generasi era digital," ujar Ketua Komite Sastra DKJT Indra Tjahyadi, saat dikonfirmasi usai menobatkan para pemenang.

Dia menjelaskan, sejak tahun 2013 DKJT telah menggelar Sayembara Sastra sebanyak tiga kali.

"Setelah tahun 2013, kami gelar lagi di tahun 2015 dan 2017," katanya.

Ada dua kategori dalam sayembara sastra yang digelar tahun ini, yaitu kategori Manuskrip Antologi Puisi dan Manuskrip Kumpulan Cerita Pendek (Cerpen).

"Semula di tahun 2013 dua kategori itu meliputi manuskrip kumpulan puisi dan manuskrip novel. Sejak 2015 untuk kategori manuskrip novel kami ubah menjadi kumpulan cerpen," ujarnya.

Indra beralasan perubahan kategori manuskrip novel menjadi kumpulan cerpen untuk mengapresiasi banyaknya cerpenis di Jawa Timur.

"Sebab di dewan kesenian lainnya belum ada yang mengapresiasi karya cerpen, kami awali dari Jawa Timur," katanya.

Menurut dia, antusias sastrawan muda yang mengikuti sayembara tahun ini cukup tinggi dibandingkan penyelenggaraan serupa di tahun sebelumnya.

Dia mencontohkan, pada Sayembara Sastra tahun 2015 yang digelar DKJT, panitia menerima 20 naskah manuskrip kumpulan puisi dan 25 naskah manuskrip kumpulan cerpen.

"Penyelenggaraan tahun ini kami menerima 48 naskah manuskrip kumpulan puisi dan 33 naskah manuskrip kumpulan cerpen," katanya.

Meningkatnya antusias peserta sayembara sastra tahun ini, menurut dia, karena era digital lebih membuka ruang untuk menggali potensi para penulis.

Dia membandingkan, era dulu para penulis harus saling berlomba mengirimkan karya sastranya ke media cetak dan itupun tidak semua karya penulis yang bisa diterbitkan karena keterbatasan ruang halaman koran.

"Sekarang setiap orang bisa menulis dan memuat karyanya sendiri di blog pribadi dan media sosial," ujarnya.

Inilah menurut dia yang menjadi tantangan dewan kesenian untuk mendata para sastrawan generasi sekarang. "Karena di era digital semakin banyak penulis generasi baru yang tidak terlacak, butuh energy lebih besar untuk mendatanya," ucapnya.

DKJT mengumumkan tiga sastrawan muda yang dinobatkan sebagai pemenang Sayembara Sastra 2017.

Mereka adalah Nanda Alifya Rahma asal Surabaya dan Daruz Armadian asal Yogyakarta untuk kategori manuskrip kumpulan puisi. Selain itu Mashdar Zainal asal Malang dinobatkan sebagai pemenang tunggal untuk kategori mansukrip kumpulan cerpen.

Menurut Indra, ketiga pemenang tersebut selama ini dikenal aktif menerbitkan karyanya melalui blog pribadi, media sosial dan laman daring.

Nanda, misalnya, alumnus jurusan Sastra Indonesia Universitas Airlangga Surabaya ini mengaku hampir tidak pernah mengirimkan karya puisinya ke media cetak.

"Beberapa perlombaan sastra yang saya menangkan selama ini juga semuanya digelar secara daring. Baru kali ini saya memenangkan lomba manuskrip puisi," ucap perempuan berusia 23 tahun itu. 

Pewarta: Slamet AS/Hanif N
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017