Bogor (ANTARA News) - Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama Abdul Djamil menyatakan, "syahwat"atau nafsu mendirikan biro penyelenggaraan atau travel haji khusus dewasa ini makin meninggi namun belum diiringi dengan pelayanan prima.

Sekarang ini sudah 640 travel penyelenggara haji khusus dan umrah, namun "syahwat" permintaan untuk mendirikan travel baru tetap tinggi, kata Abdul Djamil ketika membuka pertemuan Asosiasi Penyelenggara Haji Umrah dan Inbound Indonesia (Asphurindo) di Bogor, Selasa.

"Di meja saya banyak permintaan untuk izin mendirikan travel," ia menjelaskan.

Djamil menyatakan, masih ada penyelenggara umrah bekerja jauh dari profesional. Kasus 1.000 jemaah umrah terlantar di Mekkah baru-baru ini adalah salah salah satu contohnya. Masih banyak kasus lainnya.

Ditjen PHU terus memantau jemaah umrah yang terlantar. Pihak penyelenggara diminta harus bertanggung jawab dan dapat memulangkan jemaah sebagaimana mestinya.

Dari hasil pemantauannya, kini sudah ada jemaah yang sudah kembali ke Tanah Air. Meski begitu, belum seluruhnya masih tersisa di Mekkah. "Kita akan pantau terus," katanya.

Terkait sanksi bagi penyelenggara umrah yang menelantarkan jemaahnya, ia mengatakan, hingga kini pihak Ditjen PHU masih fokos kepada pemulangan jemaah.

"Itu soal lain dan pasti ditangani," ujarnya.

Travel umrah diminta profesional. Harus mampu membaca trend pasar. Keselamatan dan kenyamanan jemaah harus diperhatikan dan mendapat prioritas utama, pinta Djamil.

Ia mengaku tidak akan ragu melaporkan travel umrah yang menelantarkan jemaahnya ke pihak Bareskrim Polri. Untuk itu pihak travel harus mengedepankan pelayanan. Jangan melempar batu sembunyi tangan.

Dalam kesempatan itu ia juga minta para asosiasi penyelenggara haji khusus dan umrah hendaknya proaktif ikut mengatasi berbagai persoalan jika mendapati anggotanya berlaku tidak profesional.

"Asosiasi harus proaktif," pinta Djamil.

Pewarta: Edy Supriatna Sjafei
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017