Wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia itu rela berjalan kaki menembus kabut dan dinginnya udara Dieng sambil menyusuri kebun wortel di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, untuk menjangkau puncak Bukit Sidengkeng, Sabtu pagi.
Sesampainya di puncak Bukit Sidengkeng yang juga dikenal dengan nama Bukit "Scooter" itu, para wisatawan langsung mencari posisi terbaik untuk bisa mengabadikan matahari terbit menggunakan kamera yang mereka bawa.
Beberapa di antaranya harus rela bergantian naik ke gardu pandang karena kapasitasnya hanya dua orang.
Selain itu, sejumlah wisatawan tampak berswafoto (selfie) dengan mengambil latar belakang kebun sayuran, perbukitan, dan beberapa gunung di sekitar Dataran Tinggi Dieng.
Salah seorang wisatawan dari Klaten, Liliek mengatakan fenomena matahari terbit terlihat cukup indah dari Bukit Sidengkeng.
"Sinar matahari yang berwarna oranye itu telihat terpendar. Hanya saja, mataharinya terhalang kabut sehingga tidak maksimal," katanya.
Wisatawan lainnya, Ully mengaku kagum terhadap keindahan alam Dataran Tinggi Dieng karena terdapat beberapa tempat untuk menyaksikan matahari terbit dengan keunikan tersendiri berupa "golden sunrise" dan "silver sunrise".
"Saya sudah beberapa kali datang ke Dieng untuk lihat sunrise di Sikunir, Museum Kailasa, dan Gunung Prau. Saya baru kali ini lihat sunrise dari Bukit Scooter, lumayan indah," kata dia yang berasal dari Jakarta.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Dinparbud) Banjarnegara Dwi Suryanto mengatakan pihaknya sengaja memanfaatkan pergelaran DCF VII untuk memromosikan destinasi baru "Trekking for Sunrise" di Bukit Sidengkeng.
"Selain sunrise, wisatawan juga dapat menyaksikan sunset (matahari tenggelam)," katanya.
Pergelaran DCF VII digelar di kompleks Candi Arjuna, Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, 5-7 Agustus 2016, dengan acara puncak berupa ruwatan anak berambut gimbal, Minggu (7/8).
Pewarta: Sumarwoto
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016
