Depok (ANTARA News) - Mengusung kapal dengan energi hull atau cadik yang efisien, "Bahtera Anjani" karya Hydros Team (HT) Teknik Perkapalan Universitas Indonesia (FTUI) siap melenggang bebas di kompetisi Hydrocontest 2016, Swiss, Juli mendatang.

Berbalut warna hitam legam berdimensi 2,6 meter x 0,8 meter x 0,5 meter, kapal plat datar itu menggunkan material triplek dan berlapiskan komposit.

"Material sebenarnya bisa dari plat baja, hanya saja karena untuk kebutuhan lomba, kami memilih material dari trilek lalu didalamnya diberi lapisan komposit seperti serat fiber dengan tambahan kaca akrilik. Kalau triplek saja enggak kuat. Lalu untuk bagian luar dilapisi cat tahan air," ujar manajer tim HT, Rara Rahil kepada ANTARA News di Kampus UI, Depok, Selasa.

Triplek-triplek yang telah dipotong sesuai ukuran rancangan disambung satu per satu dan diberi lapisan komposit. Kemudian, sebagai penguat rangka kapal  dipergunakanlah gading-gading di antara sekat-sekat kapal.

"Sementara untuk mesin dan baterai dipinjamkan pihak panitia lomba (Swiss)," kata dia.

Rara mengatakan, desain kapal yang berplat datar ini diyakini mampu bergerak cepat, mengangkat beban yang berat yakni 200 kilogram dengan efisiensi yang tinggi.

Di samping itu, dengan desain hull yang dibuat tidak streamline tetapi patah-patah, kapal memiliki stabilitas yang baik dan mampu mengangkut beban yang berat serta dapat diaplikasikan ke industri maritim.

"Kapal plat datar dari segi stabilitas, konsep ini sangat baik sehingga mampu mengangkut beban yang berat dan mengurangi luasan permukaan yang basah sehingga menekan jumlah hambatan yang diterima kapal," kata mahasiswa angkatan 2013 itu.

Sekalipun harus bersaing dengan 25 peserta dari luar negeri yang rata-rata dibekali aplikasi lebih canggih semisal penghitung hambatan, kecepatan dan lainnya, Rara mengaku optimistis timnya mampu mengharumkan nama Indonesia di ajang itu.

"Kami satu-satunya tim dari Indonesia. Tim lain rata-rata menggunakan komposit, hull nya bentuknya kecil-kecil lalu, bulat dan ramping. Sementara untuk diaplikasikan ke dunia nyata itu sulit. Kapal kami tidak sesulit itu. Kan ini hanya per plat," ucap dia.

"Tim lain memiliki aplikasi untuk menghitung hambatan, kecepatan dan lainnya. Sekali running program bisa beberapa ratus ribu dollar. Pihak kampus juga menyediakan lahan untuk kerja, alat-alat. Kalau kami kan alat harus beli sendiri. Tetapi kami yakin bisa. Targetnya masuk lima besar dari 26 peserta," tutur Rara.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016