Perserikatan Bangsa-bangsa (ANTARA News) - Sidang informal Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) telah memunculkan dua atau tiga kandidat utama dalam bursa pencalonan sekretaris jenderal PBB.

Sejumlah diplomat mengatakan persaingan untuk jabatan tersebut kemungkinan masih akan melahirkan lebih banyak calon.

Sekjen PBB saat ini, Ban Ki-moon, akan mengakhiri masa jabatannya pada akhir tahun setelah ia berada di posisi tersebut selama dua periode lima tahun masa jabatan.

Beberapa pihak memperkirakan bahwa akan ada hingga 16 kandidat yang mengincar jabatan Sekjen saat Dewan Keamanan PBB mengadakan jajak pendapat informal pertamanya pada Juli.

Mantan Perdana Menteri Portugal Antonio Guterres dan mantan Perdana Menteri Selandia Baru Helen Clark dipertimbangkan oleh sejumlah diplomat, yang berbicara secara rahasia, untuk menjadi pemimpin PBB.

Posisi kuat dalam pencalonan itu diperoleh Guterres dan Clark setelah semua calon dihujani pertanyaan selama dua jam oleh para anggota Majelis Umum.

Kandidat ketiga yang dianggap bisa menjadi pesaing utama belum disebutkan jati dirinya. Para diplomat menyebut-nyebut nama Direktur Jenderal UNESCO (badan pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan PBB) Irina Bokova dari Bulgaria serta mantan Menteri Luar Negeri Serbia Vuk Jeremic dan mantan Presiden Slovenia Danilo Turk.

"Terlalu dini untuk menetapkan atau mengesampingkan siapa pun, tapi menurut saya kita sudah melihat setidaknya dua dari tiga kandidat bagus," kata Duta Besar Arab Saudi untuk PBB, Abdallah Al-Mouallimi.

Dua Besar Ukraina untuk PBB Volodymyr Yelchenko, yang saat ini negaranya merupakan anggota terpilih Dewan Keamanan PBB --yang beranggotakan 15 negara, memiliki penilaian serupa. "Menurut saya, paling banyak tiga dari sembilan orang adalah calon kuat."

Selama 70 tahun, Dewan Keamanan PBB melakukan pertemuan tertutup untuk memilih delapan pria menjadi sekretaris jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa. Mereka dikukuhkan oleh Majelis Umum badan dunia itu, yang beranggotakan 193 negara.

Sekjen PBB kesembilan akan dipilih melalui mekanisme yang sama kendati, untuk pertama kalinya, nama para kandidat diumumkan secara terbuka.

Pada akhirnya, kandidat Sekjen PBB harus disetujui oleh lima anggota Dewan Keamanan yang memiliki hak veto, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia dan China.

Tidak ada kewajiban bagi negara-negara itu untuk memperhatikan kandidat yang populer di kalangan Majelis Umum.

Sementara itu, perusahaan taruhan Inggris, William Hill, menempatkan Helen Clark sebagai kandidat paling kuat untuk menduduki jabatan sebagai Sekjen PBB.

Posisi Clark diikuti oleh Jeremic, Bokova, Guterres dan Turk.

Mantan Menteri Luar Negeri Makedonia Srgjan Kerim menduduki posisi berikutnya, diikuti oleh mantan Menteri Luar Negeri Moldova Natalia Gherman, mantan Menteri Luar Negeri Kroasia Vesna Pusic dan Menteri Luar Negeri Montenegro Igor Luksic.

Empat dari sembilan kandidat adalah perempuan. Sebanyak 56 negara anggota PBB dan kelompok-kelompok masyarakat madani mendorong agar, untuk pertama kalinya, jabatan Sekjen PBB dipegang oleh perempuan.

Menteri Luar Negeri Argentina Susana Malcorra, yang telah menjabat sebagai Kepala Kabinet Ban Ki-moon, juga diperkirakan akan dicalonkan.

Calon-calon yang kemungkinan akan diajukan adalah Menteri Luar Negeri Kolombia Maria Angela Holguin, mantan Perdana Menteri Australia Kevin Rudd dan Menteir Luar Negeri Slovakia Miroslav Lajcak.

Berdasarkan tradisi tak resmi soal rotasi antarkawasan, enam dari calon-calon kali ini berasal dari Eropa Timur.

Moskow mendukung rotasi kawasan. Namun ketika ditanya apakah Rusia akan menggunakan hak veto untuk menolak kandidat yang bukan dari Eropa Timur, Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin mengatakan, "Tidak, kami tidak akan melakukan hal itu (mengeluarkan veto)... Ada orang-orang yang terhormat, memiliki kemampuan, jadi kami harus obyektif," demikian Reuters.

(Uu.T008)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016