Nairobi (ANTARA News) - Lembaga Marga Satwa Kenya (KWS) pada Jumat (1/4) menyatakan separuh populasi singa di Taman Nasional Nairobi akan dipindahkan ke suaka alam lain untuk membantu mengurangi konflik manusia-hewan liar.

Direktur Jenderal KWS Kitili Mbathi mengatakan hewan yang ditampung di taman tersebut banyak dan tak bisa menampung populasi singa di tempat aman, yang saat ini berjumlah 40, sehingga memaksa mereka memindahkan hewan itu agar singa bisa memburu mangsa mereka.

"Jalur penyebaran hewan tersebut dari Taman Nasional Nairobi telah digerogoti oleh permukiman manusia dan ketika kucing besar itu keluar sarang untuk mencari makanan, mereka berhadapan dengan manusia --yang kadangkala membunuh mereka, terutama setelah singa membunuh hewan ternak masyarakat," kata Mbathi kepada wartawan.

Pernyataan Mabthi dikeluarkan setelah penembakan oleh dua penjaga marga satwa terhadap satu singa yang dikenal dengan nama "Mohawk" --yang berkeliaran ke luar taman dan menyerang manusia pada Rabu (30/3).

Satu singa lagi ditombak hingga mati oleh masyarakat yang tinggal di dekat taman pada Kamis malam.

Dibunuhnya "Mohawk" oleh petugas KWS, yang bertugas melindungi hewan, membuat marah warga Kenya setelah rekaman mengenai peristiwa tersebut beredar di media sosial, demikian laporan Xinhua, Sabtu pagi. Kaum konservatif menyerukan dilakukannya tindakan terhadap orang yang memberi izin penembakan itu dan bukan memberi obat penenang hewan tersebut lalu membawanya kembali ke habitatnya.

Pemimpin Dokter Hewan di KWS Dr. Francis Gakuya mengatakan timnya tak bisa mencapai singa itu tepat pada waktunya dan menenangkannya sebab mereka terjebak lumpur tiga kilometer. Ia harus menempuh 45 menit untuk sampai ke tempat singa tersebut.

"Hukum mengharuskan pemberian obat penenang terhadap hewan harus dilakukan oleh ahli bedah hewan yang berkualitas. Saat kami tiba, tim pendahulu yang kami kirim sebagai tindakan awal garis depan mendapati hewan itu telah cukup terganggu dan berubah jadi agresif sehingga ditembak," kata Gakuya.

Mbatho mengatakan segera setelah singa jantan mencapai usia, hewan tersebut sangat ingin menandai wilayah mereka dan memulai keluarga.

"Kebanyakan singa yang telah berkeliaran ke luar taman belakangan ini adalah jantan. Itu menunjukkan mereka menghadapi persaingan wilayah serius dengan singa lain dan memilih untuk mencari wilayah sendiri," katanya.

"Pembunuhan tersebut sangat disesalkan, tapi itu juga menjadi pelajaran buat rakyat Kenya agar tidak mengganggu dan memancing singa yang berkeliaran sebab perbuatan itu bisa membuat mereka tertekan, sehingga mereka jadi agresif dan berbahaya," kata Mbathi.

Ia menyeru rakyat Kenya yang mungkin melihat singa di luar suaka alam di mana pun di negeri tersebut agar memberi tahu KWS. Ia menambahkan, singa biasanya adalah hewan yang tenang dan ketika tidak diganggu, hewan itu membahayakan manusia dan akhirnya akan menemukan jalan mereka kembali ke habitat mereka.

(Uu.C003)

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016