Mereka adalah pemburu-pemburu destinasi waktu! Kita beruntung, Tuhan memberi bonus GMT di Indonesia. Event utamanya diciptakan Tuhan, kita tinggal mengemas dan mempromosikan,"
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyebut Belitung sebagai salah satu titik yang dilintasi fenomena gerhana mulai dibanjiri wisatawan mancanegara (wisman) menjelang Gerhana Matahari Total (GMT).

"Mereka adalah pemburu-pemburu destinasi waktu! Kita beruntung, Tuhan memberi bonus GMT di Indonesia. Event utamanya diciptakan Tuhan, kita tinggal mengemas dan mempromosikan," kata Arief Yahya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.

Pernyataan itu disampaikan merespon ribuan wisman asal Eropa, Amerika, Jepang, dan lainnya yang berduyun-duyun ke 12 provinsi di Indonesia termasuk Belitung yang dilalui fenomena gerhana hanya untuk mengejar momentum 2-3 menit GMT.

Bahkan wisman yang tidak kebagian akomodasi di hotel, kata Arief, banyak yang kemudian menyewa rumah-rumah penduduk atau homestay hingga mendirikan tenda.

Peristiwa Gerhana Matahari, kata dia, adalah sebuah tujuan ruang waktu yang terjadi pada waktu tertentu, pada tempat tertentu, dalam pencarian posisi dan hubungan manusia dengan alam semesta.

"Kebetulan fenomena itu melintasi Belitung, yang sedang diproyeksikan sebagai salah satu dari 10 top destinasi prioritas. Maka serba kebetulan ini harus dimaknai sebagai salah satu tanda zaman, bahwa saatnya pariwisata menjadi andalan di masa depan," kata Arief Yahya.

Ia menyukuri ketika penerbangan Jakarta-Belitung dalam beberapa hari terakhir 80 persen diisi oleh penumpang wisman yang sebagian besar membawa perlengkapan teleskop dan kamera.

Menurut dia, hal itu harus dijadikan momentum untuk sekaligus mempromosikan pariwisata di Belitung dan sekitarnya.

"Biar wisman datang dulu, begitu melihat atraksi dan alam yang bagus, kelak mereka akan datang lagi. Itulah mengapa kami buat 100 event di saat GMT, biar culturalnya juga ikut menjadi daya tarik yang kuat," kata Menpar.

Pewarta: Hanni Sofia Soepardi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016