Bogor (ANTARA News) - Dinas Pendidikan Kota Bogor, Jawa Barat, mewaspadai peredaran buku pelajaran yang bermuatan unsur radikalisme dengan menginstruksikan seluruh guru mengecek setiap bahan ajaran yang digunakan.

"Kami sudah menginstruksi kepada seluruh guru untuk wajib memeriksa atau membaca tuntas buku ajaran yang akan dibagikan kepada murid sebagi sumber pengajaran," kata Sekretaris Dinas Pendidikan, Kota Bogor, Fahmi, di Bogor, Minggu.

Ia mengatakan, sosialisasi untuk memeriksa dan membaca buku ajaran sebelum dibagikan kepada anak didik sebagai sumber pengajaran sudah dijalankan jauh sebelum merebaknya isu buku pelajaran mengandung unsur radikalisme.

"Bekaca pada pengalaman sebelumnya ketika buku pelajaran SD mengandung unsur SARA dan berbau pelecehan seksual, atau kekerasan. Sejak itu sosialisasi ini terus dilakukan," katanya.

Menurutnya, dengan adanya kewaspadaan dari masing-masing guru di setiap sekolah, peredaran buku pelajaran mengandung unsur radikalisme seperti yang beredar di Depok dapat diantisipasi sedini mungkin.

"Kalau guru sudah melakukan pemeriksaan dan pengecekan terlebih dahulu, maka peredaran buku mengandung unsur radikalisme, SARA, kekerasan atau pelecehan seksual dapat kita eliminir dari awal," katanya.

Fahmi mengatakan, Dinas Pendidikan Kota Bogor telah menginstruksi guru-guru dan kepala sekolah mulai dari tingkat TK, SD, SMP/MTS, dan SMA/SMK/MA untuk menggunakan buku-buku pelajaran yang telah direkomendasi oleh Kementerian Pendidikan.

"Buku pelajar yang dipakai harus dipastikan sudah terdaftar di Kementerian Pendidikan mulai dari tingkat TK hingga SMA," katanya.

Menurutnya, beredarnya buku ajaran yang mengandung unsur radikalisme, SARA dan pelecehan seksual dimungkin karena ada sekolah yang tidak menggunakan buku sesuai rekomendasi Kementerian Pendidikan.

"Banyak buku yang bagus sesuai kurikulum, tetapi pelajari dulu, sesuai atau tidak dengan rencana pelaksana pembelajaran (RPP), jika penyajiannya sesuai dengan norma dan etika, boleh dipakai," katanya.

Ia mengatakan, Dinas Pendidikan Kota Bogor selalu mengingatkan setiap sekolah untuk waspada, karena setiap saat setiap tahun ada saja hal-hal, atau tindaka mengedarkan faham-faham tertentu melalui dunia pendidikan, maupun melalui sosial media dan buku itu sendiri.

"Maka itu kehati-hatian dan kewaspadaan guru serta kepala sekolah harus terus ditingkatkan," katanya.

Fahmi menambahkan, di Kota Bogor terdapat sekitar 270 sekolah dasar, 130 sekolah menengah pertama, 90 sekolah menengah atas dan 400 PAUD maupun taman kanak-kanak.

"Dinas Pendidikan Kota Bogor selalu melakukan peningkatan mutu guru. Setiap guru harus tau apa yang ingin dicapai, apa yang harus diajarkan kepada anak didik, bagaimana cara mengajarkannya, sehingga guru bisa menyeleksi bahan ajaran. Jika mutu guru bagus, maka seleksi pelajaran juga bagus," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016