Surabaya (ANTARA News) - Guru Besar Antropologi Hukum pada Fakultas Hukum (FH) Universitas Indonesia (UI) Prof Sulistyowati Irianto MA menerima "Soetandyo Award 2015" dari Pusat Studi Soetandyo Wignjosoebroto FISIP Unair Surabaya.

"Anugerah Soetandyo 2015" itu diserahkan oleh Dekan FISIP Unair Dr Falih Suaedi MSi kepada Prof Sulistyowati dalam rangkaian Dies Natalis ke-38 Unair yang diselenggarakan FISIP Unair di Aula Soetandyo Gedung C Kampus B Unair Surabaya, Senin.

"Saya berterima kasih kepada kawan-kawan Unair, karena penghargaan itu membuat saya memiliki koneksitas dengan Prof Soetandyo, apalagi selama ini saya menjadi penerus beliau yang mengajar Socio Legal Studies di Undip," kata Prof Sulistyowati.

Namun, ia juga mengkritik spirit Prof Soetandyo yang mengajarkan ilmu secara multidisipliner itu kini diubah menjadi "linierisasi keilmuan" dan "riset administratif", padahal dunia sudah multidisipliner seperti Ilmu Sosial yang melahirkan kajian perempuan, biomedik, law and technology, dan sebagainya.

Dalam acara yang juga dihadiri anak pertama almarhum Prof Soetandyo, yakni Savitri Darmastuti Soetandyo, bersama seorang adiknya dan tiga orang cucu Prof Soetanyo itu, Pusat Studi Soetandyo Wignjosoebroto FISIP Unair Surabaya juga menyerahkan 10 "Beasiswa Soetandyo".

Ke-10 beasiswa itu diterima Abdul Bukhori Muslim (Unair/S1/Sosiologi), Ade Putranto Prasetyo Wijiharto Tunggali (UGM/S2/Komunikasi), Ahmad Baleo (Unpatti/S2/FH), Amalia Wardahni (Unair/S1/HI), dan Aminah (Unair/S2/Politik).

Selain itu, Indah Durojatun (Unair/S1/Sosiologi), Juli Natalia Silalahi (Universitas Palangka Raya/S1/Soiologi), M Yaasiin Raya (Unhas/S1/FH), Pipin Lestari (Unlam/S1/FH), dan Utia Meylina (Unlam/S1/FH).

"Dekan saya sangat mengapresiasi acara Unair ini, karena itu beliau berharap acara seperti ini berlanjut, bukan hanya S1 tapi hingga S2 dan S3," kata Utia Meylina dari Unlam yang menempuh perjalanan darat selama 35 jam dari Lampung ke Surabaya itu.

Dalam kesempatan itu, anak pertama almarhum Prof Soetandyo, yakni Savitri Darmastuti Soetandyo, mengaku bangga dengan penghargaan dan beasiswa Soetandyo itu, sehingga ada regenerasi sang ayahanda Soetandyo untuk masa selanjutnya.

"Dengan begitu, keilmuan akan berkembang, syukur kalau ada yang bisa seperti papa yang menerima Yap Thiam Hien Award. Semoga, apa yang dilakukan Unair itu akan menjadi amal jariah untuk papa di alam sana," katanya.

Dalam kesempatan itu, Ketua Tim Penilai "Soetandyo Award" Drs I Basis Soesilo MA menyatakan penghargaan dan beasiswa itu diberikan dengan kriteria sesuai "Spirit Soetandyo" untuk melahirkan Soetandyo-Soetandyo baru pada masa-masa mendatang.

"Ada tiga spirit Prof Soetandyo yakni pendekatan keilmuan multidispliner, komitmen pada keadilan substansial, dan perjuangan HAM lewat pendidikan. Keadilan substansial itu bukan melihat keadilan semata-mata keadilan hukum tapi juga keadilan sosial," katanya.

Anugerah "Soetandyo Award" itu didahului dengan Seminar Nasional "Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa dalam Perkembangan Global" di Aula Soetandyo FISIP Unair yang juga dihadiri Bupati Bojonegoro Suyoto dan pakar politik Unair Priyatmoko MA.

Pewarta: Edy M Ya'kub
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015