Jakarta (ANTARA News) - Apabila anak atau anda seringkali menggaruk di bagian anusnya karena gatal pada malam hari,  maka waspadala, karena itu bisa menjadi tanda ia terkena cacingan.

"Kalau anak menggaruk-garuk pantatnya di malam hari, orang tua harus curiga. Cacing kremi yang hidupnya di usus besar saat dewasa akan bertelur di dubur di malam hari lalu menetas. Inilah yang menyebabkan gatal," ujar spesialis anak dan penyakit tropis,  Dr Sri Kusumo Amdani, SpA(K), di Jakarta, Kamis.

Dani mengungkapkan,  dibandingkan jenis cacing lainnya yang menyerang manusia,  cacing kremi  (Enterobius vermicularis) paling cepat penularannya,  4-6 jam dari satu anggota keluarga ke anggota keluarga lainnya.

Mahluk berukuran 2-5 mm (jantan) dan 8-13 mm (betina) ini bisa menembus kulit, masuk ke pembuluh darah balik (vena), berkembang biak dan berkoloni di usus besar. Di usus, ia akan menggigit dinding usus untuk mengambil nutrisi yang masuk ke dalam tubuh.

"Bila dubur yang gatal digaruk oleh penderita, telur cacing akan tersebar misalnya di kasur, kemudian menetas dan dengan cepat menyebar ke seluruh anggota keluarga," kata dia.

Sekali bertelur cacing kremi bisa menghasilkan sekitar 11-15 ribu telur per enam jam, lebih banyak dibandingkan cacing cambuk yakni 3.000-10.000 butir per hari.

Selain gatal,  umumnya anak juga akan mengalami gejala lainnya, seperti sukar tidur, lelah, lesu, letih, nafsu makan berkurang, telapak dan mata tampak pucat,  serta terkadang disertai gejala gangguan pencernaan seperti diare, mulai, muntah dan perut begah.  

Oleh karena itu, menurut Dani, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan selain menerapkan gaya hidup bersih dan sehat, juga mengkonsumsi obat cacing sekali dalam setahun.

Sementara itu, organisasi kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan orang-orang yang tinggal di lingkungan dengan prevalensi cacingan lebih dari 50 persen, mengkonsumsi obat cacing dua kali setahun.

Dani menambahkan, salah satu upaya untuk membuktikan apakah anak terkena cacingan ialah melalui pemeriksaan tinja.

Pewarta: Lia Santosa
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015