Jakarta (ANTARA News) - Pengamat intelijen Wawan H Purwanto menilai pemenggalan seorang Warga Negara Indonesia (WNI) oleh Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) merupakan risiko pribadi karena korban yang menjadi pengikut kelompok militan itu berada di medan perang di negara lain.

"Kalau sudah di medan perang menjadi tanggung jawab pribadi. Kenapa mereka mau masuk medan pertempuran, apalagi bukan perang di negara kita," kata Wawan di Jakarta, Kamis, menanggapi klaim ISIS telah memenggal seorang WNI karena dianggap menularkan virus HIV di kalangan anggota ISIS.

Wawan yang juga Staf Ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) itu menerangkan bahwa dalam Undang-Undang (UU) Kewarganegaraan, disebutkan ada kewajiban WNI yang harus dijunjung tinggi, terutama larangan bergabung dengan milisi negara luar.

Wawan menyarankan para WNI yang tergiur bujuk rayu ISIS untuk pergi ke Suriah agar menimbang kembali keputusannya, menilai dengan akal sehat apakah dirinya sudah selayaknya berada di tempat antah berantah tersebut.

Tanpa keterampilan dan kemampuan menghadapi medan perang, kata Wawan, jangan harap bisa bertahan lama di wilayah konflik seperti Irak dan Suriah. Apalagi, di Suriah saat ini ada 14 faksi yang terlibat perang, sehingga serangan bisa terjadi tidak hanya dari ISIS, tetapi dari faksi mana saja, termasuk angkatan bersenjata Suriah yang terbukti pernah menelan korban WNI.

"Buat apa kita mencari masalah. Di sana kondisinya sangat berbeda dengan Indonesia dan medan serta cuacanya sangat berat. Kita harus punya ilmu mumpuni bila nekad bergabung dengan ISIS. Kalau tidak, saya yakin kita (WNI) akan jadi korban saja," katanya.

Sementara itu, pengamat terorisme dari Universitas Indonesia (UI) Sholahuddin mengungkapkan bahwa saat ini ada sekitar 300-an WNI yang sudah berangkat ke Suriah untuk bergabung ISIS ataupun kelompok Jabhah Nusrah.

"Tetapi mayoritas dari mereka lebih memilih bergabung dengan ISIS dibandingkan dengan Jabhah Nusrah," kata dia.

Menurutnya, daya tarik Suriah bagi para WNI itu dipicu oleh hadits nubuwwah akhir zaman yang menyebutkan bahwa Suriah akan menjadi medan pertempuran terakhir umat manusia, antara Imam Mahdi dengan Dajjal.

Apalagi, dalam salah satu hadits dikatakan orang-orang yang akan membantu Imam Mahdi membawa panji-panji hitam, sedangkan salah satu simbol ISIS adalah panji hitam.

"Atas dasar itulah mereka menganggap ISIS sebagai representasi pasukan Imam Mahdi. Propaganda inilah yang berhasil menarik ratusan WNI itu ke Suriah," katanya.

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015