Jakarta (ANTARA News) - Banyaknya korban meninggal dalam sebuah kecelakaan kapal salah satunya adalah akibat diabaikannya peraturan dan petunjuk keselamatan saat mereka berada di atas kapal. Ketua Bidang Keselamatan Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (Gapasdap), Syahwin Hamid, di Jakarta, Rabu, mengatakan penumpang seringkali tidak membaca atau memperhatikan petunjuk keselamatan yang di tempel di dinding kapal. "Penumpang seringkali hanya sekedar naik kapal tanpa mengenal tipikal alat transportasi yang digunakan dan tidak berusaha mencari tahu bagaimana cara penyelamatan diri sendiri ketika terjadi keadaan darurat," katanya. Dalam kondisi yang panik karena terjadi keadaan darurat (kapal tenggelam atau tersapu ombak-red), katanya, penumpang yang telah mengetahui prosedur keselamatan akan tahu apa yang harus dilakukan. "Di atas kapal juga ada petunjuk arah menuju ke perahu sekoci, baju pelampung, dan alat pemadam kebakaran," katanya. Ia mengatakan tanggung jawab keselamatan merupakan tugas dari awak kapal, tetapi penumpang sebaiknya juga tidak mengabaikan peraturan dan petunjuk keselamatan di atas kapal. "Penumpang juga harus proaktif, sebab dalam keadaan panik mereka tidak bisa mengandalkan sepenuhnya upaya penyelamatan pada awak kapal yang jumlahnya terbatas," katanya. Secara terpisah, pengamat masalah kelautan dari Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, Saut Gurning, mengemukakan banyak kapal feri yang beroperasi di Indonesia tidak menggunakan sistem "crowded management" dalam pelayarannya. "Contoh dari 'crowded management' adalah para penumpang mengetahui bagaimana harus bertindak ketika situasi yang darurat terjadi," katanya. Seperti halnya di dalam pesawat terbang, seharusnya para penumpang kapal feri diberitahu terlebih dulu bagaimana menggunakan peralatan darurat. Selain itu, para penumpang seharusnya juga tahu di mana letak peralatan darurat seperti sekoci penyelamat. "Sekoci tersebut juga harus berisi bahan makanan untuk bertahan selama dua kali 24 jam," katanya. Sementara itu, Syahwin mengakui peragaan penggunaan peralatan keselamatan di atas kapal mulai berkurang (jarang dilakukan-red). "Meskipun peragaan berkurang, tetapi di tempat-tempat tertentu yang mudah dilihat oleh penumpang telah kami tempelkan informasi bagaimana melakukan penyelamatan dalam keadaan darurat," tambah Syahwin. (*)

Copyright © ANTARA 2007