Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 106 perupa dari Indonesia, Malaysia, dan Filipina menerjemahkan kenusantaraan lewat karya seni, seperti lukisan, instalasi, seni grafis, komik, keramik, video art, dan multimedia dalam Pameran Seni Rupa Nusantara 2015 ART-CHIPELAGO di Galeri Nasional Indonesia pada 25 Mei-7 Juni.

Wayan Upadana dari Bali membuat lembu dari kayu dan arang bertajuk "Silence Journey Homage to Chris Hill". 

Kepala lembu terhubung dengan badan yang punggungnya datar mengibaratkan peti. Wayan menjelaskan peti itu ibarat sarana ngaben dan kremasi yang ada dalam budaya Bali.

"Kremasi itu untuk mengembalikan unsur pembentuk tubuh manusia, yaitu unsur api," ujar Wayan ketika ditemui di Galeri Nasional Indonesia awal pekan ini.

Harry Atmami dari Jawa Barat membuat karya "My Mind on TV" menggunakan televisi model zaman dulu yang menjadi medium dari kisah Situ Bagendit. "Mitos Situ Bagendit semakin ke sini semakin jarang diceritakan. Orang sekarang cenderung suka cerita lebay kaya sinetron, makanya saya bikin seperti itu," jelas dia.

Ade Setiawan dari Jawa Barat menerjemahkannya dengan patung rusa dan harimau berdimensi 125 x 60 x 90 cm yang terbuat dari kertas.

Deddy Junizar dari Kepulauan Riau membuat lukisan cat minyak di kanvas berjudul Budaya Gasing yang menampilkan pria-pria berpakaian khas Melayu, lengkap dengan peci dan sarung, sedang bermain gasing.

Deddy menjelaskan permainan gasing di beberapa tempat seperti Kepulauan Riau dan Kepulauan Natuna telah berkembang menjadi budaya.

"Jadi kalau ada kunjungan misalnya gubernur ke Kepulauan Natuna, mereka akan diperlihatkan budaya gasing," imbuh Deddy.

Sementara itu, Endang Adi Sutomo dari Jawa Barat menuangkan tema kenusantaraan lewat lima lukisan cat minyak di atas kaca akrilik bertema "Langit Senja Palagan Buat Saksi Bela Pati Citraresmi".

"Ini mengisahkan kejayaan majapahit," ujar Endang yang membuat karya ini sebagai tugas akhirnya di Universitas Pendidikan Indonesia.

Evy Yonathan dari DKI Jakarta membuat kapal jukung berisi penumpang dalam "Art-Chipelago Let's Go".

Beragam karya yang lolos untuk dipamerkan dalam Art-Chipelago merupakan hasil seleksi tim kurator yaitu Suwarno Wisetrotomo, Asikin Hasan dan A. Sudjud Dartanto.

Sudjud mengemukakan pameran ini memperlihatkan kenusantaraan yang menyentuh masalah identitas.

"Kami melihat identitas itu bukan sesuatu yang stabil tetapi bergeser karena banyak pengaruh, itu yang ingin kami ajukan sebagai perspektif," ujar dia mengenai Art-Chipelago.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015