Kathmandu (ANTARA News) - Sabtu siang kemarin Nepal diguncang gempa dahsyat berkekuatan 7,9 Skala Richter yang sejauh ini diberitakan telah menewaskan 1.400 orang.

Gempa bumi ini dahsyat karena berpusat di darat sekitar 80 km sebelah timur kota kedua terbesar di Nepal, Pokhara.  Menurut Reuter, gempa ini menjadi sangat mematikan karena episentrumnya dangkal.

Wilayah-wilayah di sekitar Kathmandu ambruk menjadi puing-puing, sedangkan operasi penyelamatan masih belum dimulai di beberapa daerah terpencil.

Di antara landmark-landmark ibu kota yang hancur karena gempa adalah Menara Dharahara setinggi 60 meter yang dibangun pada 1832 untuk Ratu Nepal, dengan dilengkapi balkon penerawang yang terbuka untuk wisawatan dalam 10 tahun terakhir.

Stempel bergerigi setinggi 10 meter kini tinggal seperti bangunan menara suar. Setelah mayat-mayat ditarik dari puing-puing, seorang polisi mengatakan 200 orang masih terperangkap di dalam bangunan yang runtuh.

Di penjuru kota berpenduduk 1 juta orang, para penyelamat menggaruk bangunan-bangunan hancur yang di antaranya merupakan kuil-kuil kuno Hindu dari kayu.

"Saya bisa menyaksikan tiga jenazah biksu terperangkap di dalam reruntuhan gedung di dekat sebuah biara," kata turis India Devyani Pant kepada Reuters. "Kami berusaha menarik jenazah-jenazah itu keluar dan mencari mereka yang terperangkap."

Di negara tetangga India di mana 44 orang tewas akibat gempa dan gempa susulan, adalah yang pertama yang merespon permintaan bantuan dari Nepal dengan mengirimkan pesawat militer memuat peralatan medis dan tim penyelamat.

Kedutaan besar India di Nepal mengatakan 285 orang Pasukan Tanggap Bencana Nasional telah dikirimkan untuk membantu tentara Nepal dalam upaya penyelamatan.

Sedangkan organisasi-organisasi bantuan telah menyiagakan stafnya untuk pergi ke Nepal dengan suplai untuk menyediakan air bersih, sanitasi dan makanan darurat, sedangkan Amerika Serikat, Inggris dan Pakistan menjadi di antara negara yang menyediakan pakar-pakar pencarian dan bantuan, demikian Reuters.



Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015