Bantul (ANTARA News) - Tim pencarian dan penyelamatan (SAR) Pantai Parangtritis, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu pagi, mengevakuasi lumba-lumba yang terdampar di tepi pantai ke wilayah lepas pantai.

"Tadi sekitar pukul 05.00 WIB ada laporan dari warga yang melihat lumba-lumba masih hidup di tepi pantai, kemudian oleh teman-teman SAR dievakuasi ke selatan (tengah)," kata Komandan SAR Pantai Parangtritis, Ali Sutanto di Bantul, Rabu.

Menurut dia, spesies ikan yang dilindungi pemerintah dan berukuran sekitar setengah badan manusia tersebut terdampar di tepi pantai setempat berjarak sekitar 50 meter dari bibir pantai.

"Memang lumba-lumba tersebut masih berada di air sekitar 50 meter dari bibir pantai, hanya saja kesulitan kembali ke tengah laut karena air tidak terlalu dalam, sehingga perlu bantuan," katanya.

Ia mengatakan, evakuasi lumba-lumba dilakukan dengan cara mendorong badan ikan ke tengah laut setelah Tim SAR menghadapkan kepala lumba-lumba ke selatan, setidaknya butuh waktu sekitar 30 menit untuk proses evakuasi itu.

"Setelah (lumba-lumba) dihadapkan ke selatan, oleh teman-teman SAR ditarik ke tengah secara manual yang terjun langsung ke laut, saat evakuasi kami terjunkan satu regu yang berjumlah 17 orang," kata Ali Sutanto.

Menurut dia, tidak ada bekas luka maupun tanda-tanda penurunan kondisi kesehatan lumba-lumba tersebut saat dievakuasi, sehingga kemungkinan besar ikan tersebut terlalu ke pinggir pantai ketika mencari makanan seperti ikan kecil-kecil.

"Kemungkinan karena pengaruh angin, sehingga terbawa arus ke utara. Kejadian ini yang kedua karena pada 2014 lalu pernah ada yang terdampar, namun saat itu sudah tidak bernyawa," katanya.

Ali mengatakan, upaya yang dilakukan Tim SAR Pantai Parangtritis tersebut menurutnya sudah sesuai prosedur, karena jika ada spesies ikan yang dilindungi terdampar di tepi pantai jika dalam keadaan hidup harus dikembalikan ke tengah.

"Ikan yang dilindungi tidak boleh ditangkap, sehingga harus dikembalikan ke tengah, kalau sudah meninggal ya kami kuburkan," katanya.

Pewarta: Heri Sidik
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015