Jakarta (ANTARA News) — Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin mengapresiasi sumbangsih dan kontribusi besar Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) dalam ikut serta menjaga keindonesiaan dan NKRI.

Hal ini disampaikan Menag saat memberikan sambutan pada Konferensi dan Musyawarah Besar ICRP, di Gedung Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Salemba, Jakarta, Jumat.

ICRP merupakan organisasi non sectarian, non profit, non pemerintah dan independen yang mempromosikan dialok dan kerjasama lintas iman. Kelahiran ICRP dibidani oleh para tokoh dari berbagai agama dan kepercayaan di Indonesia, seperti Djohan Efendi dan Presiden Abdurrahman Wahib. Visi ICRP adalah masyarakat yang damai dan sejahtera dalam konteks kemajemukan agama dan kepercayaan di Indonesia.

“Apa yang dilakukan ICRP selama ini, secara langsung atau tidak, sejalan dengan misi yang diemban oleh Kemenag, terutama dalam meningkatkan kualitas kehidupan bermasyarakat dan kerurunan antarumat beragama, untuk menjadi semakin baik,” kata Menag.

Menurutnya, Indonesia adalah sebuah Bangsa dan Negara yang khas, yang memiliki ikatan spesifik dalam memegangi nilai-nilai religiusitas. Walaupun sangat plural dan beragam, baik etnis, bahasa, budaya dan lainnya, masyarakat Indonesia sangat memegangi nilai-nilai agama. Meski demikian mampu hidup rukun dan berdampingan. “Inilah salah satu warisan dan ciri khas kita,” tegas Menag.

Menag berharap keragaman masyarakat Indonesia, tidak menjadi pemicu keretakan dan perpecahan, tapi justru menjadi perekat untuk saling mengisi, melengkapi dan menyempurnakan. “Hal ini penting, karena pada hakekatnya, kita semua, memilki keterbatasan,” urainya sembari menegaskan bahwa Tuhan sengaja menciptakan manusia berbeda, bukan untuk saling bermusuhan, namun untuk saling mengisi, melengkapi, dan menyempurnakan.

Sejalan dengan itu, Menag memandang pentingnya pemahaman substansif dan esensial tentang agama. Bahwa esensi agama, lanjut Menag, adalah memanusiakan manusia. “Persepsi kita harus disamakan, tujuan kita juga harus disamakan, yakni memanusiakan manusia tadi,” tuturnya.

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015