Harga batu bara mendapatkan tekanan pada tahun 2013, terutama karena kelebihan pasokan di pasar batu bara dan harga domestik yang lebih rendah di China,"
Jakarta (ANTARA News) - Perseroan Terbatas Adaro Energy Tbk (Adaro) membukukan pendapatan usaha sebesar 3,28 miliar dolar AS atau turun sebesar 12 persen dibanding pencapaian tahun sebelumnya akibat harga jual rata-rata yang lebih rendah.

"Harga batu bara mendapatkan tekanan pada tahun 2013, terutama karena kelebihan pasokan di pasar batu bara dan harga domestik yang lebih rendah di China," kata Presiden Direktur dan CEO Adaro Energy Garibaldi Thohir dalam siaran pers di Jakarta, Selasa.

Namun, lanjut dia, bagi Adaro efek dari masalah makro tersebut dapat di-"ofset" dengan kinerja yang kokoh dari bisnis inti.

"Kami terus bekerja bersama para kontraktor, meningkatkan proses bisnis dan produktivitas di sepanjang rantai pasokan batu bara, terus menanamkan budaya disiplin biaya di seluruh jajaran perusahaan, serta memberikan pasokan yang andal kepada para pelanggan," katanya.

Ia mengemukakan bahwa di tengah kondisi makro yang sulit, aktivitas operasional berjalan dengan baik dan pada tahun 2013 perseroan mencatat rekor tertinggi untuk produksi sebesar 52,3 juta ton.

"Model bisnis berbiaya rendah tetap kokoh dan dengan adanya fokus yang lebih baik pada disiplin biaya dan produktivitas," katanya.

Garibaldi Thohir menjelaskan bahwa Adaro mencapai panduan EBITDA untuk tahun 2013 pada rentang 750 juta--900 juta dolar AS dengan mencatat EBITDA sebesar 822 juta dolar AS atau turun sebesar 25 persen. Margin EBITDA Adaro sebesar 25 persen merupakan yang terbaik di antara perusahaan batu bara termal Indonesia.

Ia menambahkan bahwa perseroan berhasil mencapai biaya kas batu bara pada tahun 2013 (tidak termasuk royalti) yang lebih rendah daripada target yang ditetapkan pada rentang 35--38 dolar AS per ton, dengan mencatat biaya kas batu bara sebesar 34,86 dolar AS per ton atau turun 11 persen dengan dukungan inisiatif penurunan biaya dan harga bahan bakar yang lebih rendah daripada perkiraan.

Sementara itu, tercatat laba bersih perseroan pada tahun 2013 turun 40 persen menjadi 229 juta dolar AS karena penurunan pendapatan usaha. Adapun laba inti perseroan, tidak termasuk komponen akuntansi nonoperasional, turun 36 persen menjadi 284 juta dolar AS.(*)

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014