Proyek Sarulla sangat ditunggu pengusaha, tetapi hendaknya pemerintah juga mendukung pembangkit listrik yang bersumber dari energi terbarukan seperti biomassa yang potensinya sangat besar."
Medan (ANTARA News) - Proyek geothermal Sarulla, Sumatera Utara (Sumut) yang diproyeksikan untuk menekan krisis listrik nasional dipastikan beroperasi tahun 2016.

Direktur Utama PT PLN Nur Pamudji, di Medan, Senin mengatakan Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) Sarulla adalah pembangkit listrik terbesar dalam program Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik 10.000 MW tahap II, di mana hampir 50 persen atau 4.952 MW berasal dari panas bumi.

"Proses penyelesaian proyek Sarulla memang memakan waktu lama karena terlalu banyak hambatan yang menyulitkan pelaksanaan proyek tersebut.Tetapi melihat kondisi saat ini, dipastikan Sarulla sudah bisa menghasilkan listrik tahun 2016," katanya.

Listrik yang dihasilkan PLTP Sarulla akan dibeli PLN dengan harga rata-rata 6,79 sen dolar AS per kWh.

Proyek berkapasitas 330 MW yang berlokasi di Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Panasbumi Sarulla milik PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), di Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) dan Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) Sumut, kontraktornya PT PGE yang merupakan konsorsium Medco-Ormat-Itochu-Kyushu (Konsorsium).

Nur Pamudji menegaskan, Geothermal memang menjadi salah satu prioritas nasional bidang energi, mengingat besarnya potensi Indonesia yang diestimasikan mencapai 29.000 MW.

Saat ini Indonesia dengan kapasitas terpasang sekitar 1.341 MW adalah peringkat ketiga terbesar penghasil listrik geothermal di dunia, setelah Amerika Serikat dan Filipina.

Dia menjelaskan, pembangunan PLTP Sarulla akan dibagi dalam tiga tahap dan akan selesai pada tahun 2018 atau merupakan tahap ketiga.

"PLN berharap proyek itu berjalan lancar karena bisa membantu menekan krisis energi," katanya.

Apalagi, pasokan dari Sarulla itu diproyeksikan bisa di ekspor seperti ke Malaysia.

Mengenai pasokan listrik untuk Sumut yang diakuinya memang pas-pasan harus dilakukan juga dengan memantau pihak yang memberikan izin baik untuk lahan dan lainnya.

Dia mengungkapkan, kondisi cadangan untuk Sumut yang memang pas-pasan disebabkan pesatnya pertumbuhan dari industri dan kegiatan komersial lainnya yang belum sepenuhnya bisa dipenuhi PLN.

Dia mengungkapkan, untuk Sumut, sebenarnya pada tahun 2004 lalu, PLN sudah meminta kepada Gubernur untuk membangun PLTA Asahan 2, tapi justru diberikan kepada perusahaan lain yang nyatanya tidak punya dana sehingga proyek itu tidak terbangun hingga saat ini.

Namun untuk pembangunan Asahan 3, PLN sudah mengantongi izin pada 4 Januari 2012 karena sudah diberikan Gubernur Sumut, Gatot Pujo Nugroho yang saat itu masih berstatus Plt Gubernur Sumut.

"Harusnya memang seperti itu dimana kepala daerah harus bisa kooperatif dengan PLN. Coba kalau tahun 2004 lalu dikasih izin, maka Asahan 2 sudah bisa terbangun, jadi tidak akan ada defisit listrik di Sumut," katanya.

Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut, Laksamana Adyaksa, mengatakan, pasokan listrik memang masih sangat dibutuhkan industri Sumut yang dewasa ini terhambat berkembang karena energi sulit didapat.

"Proyek Sarulla sangat ditunggu pengusaha, tetapi hendaknya pemerintah juga mendukung pembangkit listrik yang bersumber dari energi terbarukan seperti biomassa yang potensinya sangat besar," katanya. (E016/S025)

Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013