Yogyakarta (ANTARA News) - Paguyuban Pecinta Batik Indonesia Sekar Jagad menampilkan 200 corak batik warna alam pada pameran bertajuk "Jogja sebagai Pusat Tradisi Batik Dunia" di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasumantri Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

"Pameran itu merupakan salah satu upaya untuk terus memperjuangkan eksistensi batik tulis di tengah gempuran batik `printing` atau cap untuk melindungi perajin batik," kata Ketua Umum Paguyuban Pecinta Batik Indonesia Sekar Jagad Larasati Suliantoro di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, pameran batik yang digelar hingga 9 Oktober 2011 itu menggandeng beberapa perajin batik di tengah persaingain batik tulis dengan batik "printing" atau cap, sekaligus dalam rangka memperingati Hari Batik dan World Batik Summit 2011.

"Sebanyak 200 corak batik warna alam yang ditampilkan dalam pameran merupakan corak dari rakyat, bukan dari keraton, perguruan tinggi, perusahaan atau museum. Batik yang ditampilkan mempunyai aneka warna yang dibuat dari bahan alam," katanya.

Ia mengatakan saat ini ada sekitar 75 jenis warna yang bisa diciptakan dengan dasar warna biru atau indigofera. Warna tersebut bisa dikombinasikan dengan bahan lain, sehingga menciptakan warna-warna lain.

"Batik tidak kalah dengan baju modern, karena saat ini kain batik pun bisa dibuat lebih berwarna dan tidak terlihat kusam, misalnya warna biru, cokelat, hijau, kuning, dan gradasi warna lainnya. Namun, warna yang belum bisa diciptakan adalah merah gula kelapa atau warna merah bendera kita," katanya.

Menurut dia, hasil warna alam yang diciptakan masih bisa dikembangkan. Begitu pula dengan beberapa corak, di antaranya corak Semen, Gringsing, Wayang, Galur Kupu, Lintang Trenggono, dan Gajah Lor.

Batik harus dikembangkan karena akan menghasilkan lahan pekerjaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan perajin batik di perdesaaan lebih baik.

"Dengan dikembangkannya batik tentu akan dapat mewujudkan Yogyakarta sebagai pusat tradisi batik dunia," katanya.

Selama pameran juga digelar demonstrasi membatik yang diperagakan mahasiswa, agar semua pengunjung dan masyarakat yang berminat dapat mengetahui cara membatik, terutama batik tulis.

(L.B015*H010)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011