terbukti dari meningkatnya kunjungan pemustaka dengan prokes
Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Deni Kurniadi mengatakan literasi memiliki peran dalam pemulihan ekonomi saat pandemi COVID-19.


“Literasi sangat ampuh membantu memulihkan ekonomi dan reformasi sosial. Gerakan literasi berbasis inklusi sosial yang belakangan ini menjadi nadi utama Perpusnas,” ujar Deni dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa.

 

Dia menambahkan gerakan literasi berbasis inklusi sosial itu terdiri di atas empat sendi, yakni tersedianya akses kepada sumber-sumber bahan bacaan terbaru, kemampuan memahami secara tersirat dan tersurat, kemampuan menghasilkan ide-ide, gagasan, kreativitas dan inovasi baru, dan kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang bermanfaat bagi khalayak banyak, sesuai dengan RPJMN 2020-2024.

 

Literasi berbasis inklusi sosial menjadi kunci penting, karena melalui Perpusnas, perpustakaan di Indonesia kini tak lagi hanya sekedar menjadi pusat informasi bahan kepustakaan, tapi juga berkontribusi membangun masyarakat berpengetahuan melalui ikhtiar kolektif untuk menumbuhkan tradisi dan budaya baca masyarakat.


“Sebagai pusat ilmu pengetahuan, Perpusnas juga mampu mendorong inovasi dan kreativitas masyarakat. Juga, perpustakaan pengembangkan potensi literasi masyarakat sesuai dengan kebutuhan setempat. Perpustakaan tidak hanya sarana edukasi tetapi juga melestarikan dan memajukan kebudayaan,” jelas dia.

 

Ia juga menggarisbawahi bahwa perpustakaan kini juga sudah berkontibusi nyata pada penambahan pendapatan keluarga dan masyarakat melalui sejumlah kegiatan kreasi yang diselenggarakan di setiap daerah. Meskipun saat pandemi COVID-19, gerak langkah sempat terbatas karena pembatasan.

“Hal ini terbukti dari meningkatnya kunjungan pemustaka ke perpustakaan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, peningkatan pelibatan masyarakat dalam kegiatan perpustakaan, dan peningkatan ekspos media terhadap aktivitas perpustakaan. Karena sebesar-besarnya kegiatan jika tidak diekspos media, tidak akan dikenal dan dinilai oleh masyarakat,” terang dia.


Baca juga: Masyarakat kian melek digital dan berani untuk laporkan konten negatif

Baca juga: Kampus Mengajar tingkatkan literasi dan numerasi siswa

 

Di lanjutkannya juga bahwa dalam masa tranformasi ini pula, Perpustakaan Nasional tak lagi hanya mengandalkan APBN dan APBD dalam menyediakan bahan bacaan untuk masyarakat. Dana filantropis sudah bisa diberdayakan, termasuk juga CSR berbagai perusahaan juga sudah menyasar area ini, mendukung gerakan literasi makin kuat.
 

Gerakan ini juga semakin dipermudah dan menyasar seluruh daerah di Indonesia, karena pemerintah provinsi dan kabupaten/kota juga turut mendukung gerakan literasi ini secara penuh, sesuai amanat undang-undang.
 

“Saat ini, kita sudah punya total 164.610 perpustakaan berbagai jenis, meski jumlah terbesar sekitar 40 persen berada di Pulau Jawa. Tapi kita terus dorong yang di luar Pulau Jawa juga bisa memiliki dan memanfaatkan perpustakaan dengan lebih maksimal,” jelas dia.

 

Ketua Komisi X DPR, Syaiful Huda, yang mengapresiasi gerak cepat Perpusnas yang dengan cepat dan mampu beradaptasi pada masa pandemi. Misalnya, perintisan perpustakaan digital yang dilakukan begitu cepat dan mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari publik, yang tak bisa datang ke perpustakaan secara fisik.

 

“Komisi X DPR melihat Perpusnas konsisten mengadakan buku-buku yang berkualitas melalui berbagai program dan kegiatan. Ini menjadi penting karena buku merupakan instrumen yang tidak tergantikan dalam gerakan literasi. Oleh karena itu, kendala literasi di Indonesia, di mana masyarakat kesulitan mengakses buku, harus bisa diselesaikan,” kata Syaiful Huda.

 

Pihaknya terus mendorong seluruh kelembagaan, baik Kementerian Pendidikan, Kementerian Desa, dan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk berkolaborasi menjalankan gerakan literasi itu. Dukungan tak hanya sekedar anggaran saja, tetapi juga peran sekolah dan komunitas.

 

“Peran keluarga, peran sekolah dan komunitas menjadi tiga pilar yang sangat penting dalam merancang masa depan anak-anak kita, dengan tingkat literasi yang tinggi. Maka saya mengajak semua pihak untuk mengambil peran agar gerakan literasi ini mendapatkan afirmasi anggaran yang lebih besar lagi dari tahun ke tahun,” kata Syaiful.

Baca juga: Pentingnya literasi agar masyarakat cerdas bertransaksi digital

Baca juga: Kemenko PMK: Edukasi literasi gizi di daerah libatkan tokoh setempat


Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021