Jakarta (ANTARA) - Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan efisiensi di perusahaan-perusahaan milik BUMN dilakukan untuk menciptakan holding-holding BUMN yang kuat dalam menghadapi persaingan pasar.

  "Karena terlalu banyak shell-shell company yang tidak efisien dan tidak efektif, buat apa kita punya. Kadang seperti ini, holdingnya sehat tapi ada anak-cucu yang menyedot keuntungan dari holdingnya, nah ini yang harus kita bongkar, kita stop dan kurangi. Karena apa? Kita ingin membuat holding-holding yang kuat dalam menghadapi persaingan pasar karena yang kita lihat sekarang ini, rantai pasok sedang terdisrupsi, kontainer kesulitan, harga bahan pupuk naik, sekarang kan kita harus lebih efisien agar bisa bersaing,” ujar Erick dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.

  Kementerian BUMN terus melakukan efisiensi dan konsolidasi BUMN, terutama terkait dengan anak dan cucu perusahaan BUMN. Sampai dengan saat ini, 74 anak dan cucu perusahaan BUMN telah ditutup oleh Kementerian BUMN.


Baca juga: PGN terapkan digitalisasi tingkatkan efisiensi-efektivitas operasional
  Erick mengungkapkan dari 74 anak dan cucu perusahaan BUMN yang ditutup, sebanyak 26 perusahaan dari Pertamina, 24 dari PTPN Group, sedangkan, 13 sisanya dari Telkom.

  Dia menegaskan, inefisiensi dalam perusahaan BUMN tidak boleh terjadi. Pasalnya, BUMN sebagai lokomotif keuangan ekonomi Indonesia harus kuat dan sehat. Oleh karena itu, berbagai kemungkinan efisiensi akan terus dilakukan, termasuk dengan menggabungkan anak-anak perusahaan, atau pun refocusing proses bisnis dari BUMN. Sebagai contoh konsolidasi perusahaan Energy Management Indonesia dengan Perusahaan Listrik Negara.

  “Bukan hanya anak perusahaan yang digabungkan, bahkan BUMN-nya sendiri kita gabungkan, contohnya Perinus dan Perindo sebagai dua perusahaan perikanan di BUMN, buat apa punya perusahaan kan lebih baik 1 saja, BGR dan PPI juga perusahaan trading yang digabungkan jadi 1 di bidang logistik. Kemudian, Energy Management Indonesia juga dikonsolidasikan dengan PLN jadi di bawah PLN, fungsinya apa? Ya mengaudit yang nanti ke depan berpotensi sebagai renewable energy,” kata Erick.


Baca juga: Sinergi BUMN: Restrukturisasi BUMN baik bagi efisiensi perusahaan
  Perbaikan model harus terus dilakukan sebagai bentuk adaptasi di era distrupsi yang terjadi saat ini. Dengan adanya disrupsi di bidang teknologi atau pun kesehatan, bisnis model BUMN juga harus berubah.

  Erick juga mencontohkan, perubahan bisnis model yang dilakukan dalam rangka efisiensi adalah dengan refocusing BUMN yang bergerak di bidang telekomunikasi (tel-co). Saat ini, Telkom memfokuskan model bisnis dalam bentuk B To B, sedangkan Telkomsel dalam bentuk B to C.

  “Kalau Telkom berdiam diri padahal data, suara dan teks itu sudah gratis, tidak mengandalkan data bisnis, seperti data center, cloud, infrastruktur, ya Telkom akan sunset. Nah itulah kenapa fungsinya kita melakukan perubahan daripada bisnis model dan tetap melakukan benchmarking dengan negara lain dan perusahaan lain supaya kita ini bangun dari tidur, jangan asyik sendiri. Kita ini tidak boleh terus berada di zona nyaman,” katanya.

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021