Jakarta (ANTARA) - Projek Manajer Panen Lokal dari Hivos, Miranda, mengatakan Indonesia perlu memperbaiki pola konsumsi sekaligus pola produksi dalam mengelola bahan pangan lokal.

“Kita perlu mengubah pola produksi kita dan pola konsumsi kita. Bagaimana kita memelihara biodiversitas kita yang berbagai macam, bagaimana kita juga belajar pada sistem budaya pangan lokal,” kata Miranda dalam konferensi pers Festival Panen Raya Nusantara 2021 yang diikuti di Jakarta, Rabu.

Miranda menuturkan Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbanyak di dunia, baik dari sumber karbohidrat, protein, lemak hingga rempah-rempah.

Namun, sampai hari ini, katanya, Indonesia masih mengalami keadaan paradoks, di mana negara masih bergulat dengan permasalahan seputar gizi seperti ketengkesan (kekerdilan), obesitas dan kekurangan gizi mikro.

“Seharusnya secara logika, dengan keadaan yang kaya akan sumber pangan itu bisa menjamin kedaulatan pangan dan ketahanan gizi bangsa kita,” ujar dia.

Menurutnya, pola konsumsi masyarakat yang masih tidak memanfaatkan pangan lokal dapat memberi dampak pada perubahan iklim dan pola produksi pangan dalam negeri.

Pada pola produksi, kata dia, para petani harus menyesuaikan diri dengan permintaan masyarakat saat hendak menanam sebuah tumbuhan pangan. Seperti di Indonesia saat ini, permintaan akan beras berkurang dan permintaan gandum terus naik.

Padahal, kata dia, gandum tidak ditanam di Indonesia dan merupakan produk impor. Hal tersebut akhirnya berpengaruh pada jejak karbon sehingga memberikan dampak pada iklim dan cuaca.

Selain itu, pilihan pertama yang menjadi permintaan konsumen itu juga akan memberikan dampak serius pada keberlangsungan hidup para produsen di masa depan, sehingga kondisi tersebut merupakan permasalahan yang membutuhkan perhatian khusus.

Dia menyarankan supaya masyarakat lebih tertarik pada pangan lokal, para pemangku kepentingan dapat mempelajari dan meningkatkan nilai pangan lokal melalui teknik modifikasi pada makanan, sehingga dapat dicocokkan dengan selera masyarakat Tanah Air.

“Kita bisa membuat pizza berbasis umbi, sehingga demand-nya meningkat, banyak yang meminta dan kemudian petani maupun produsen menjadi senang untuk menanamnya,” ujar dia.

Ia juga menyarankan agar dalam mengelola pangan berbasis lokal, dapat mencontoh sistem budaya pangan milik masyarakat adat yang sudah terbukti ketahanannya sejak zaman dahulu kala melalui praktik baik yang berkomitmen dengan alam serta menjaga keberlangsungan sumber daya alam yang ada, sehingga jumlahnya dapat bertahan lama.

“Indonesia punya ribuan pulau dan setiap daerah punya sistem pangan yang berbeda, sehingga tidak bisa disamakan. Kita harus mengubah pola produksi dan konsumsi kita, di mana kita memelihara biodiversitas kita melalui sistem pangan lokal adat kita,” kata dia.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021