Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi III DPR, Ahmad Sahroni, mengapresiasi ketegasan Kepala Kepolisian Indonesia, Jenderal Polisi Listyo S Prabowo, dalam menyikapi kesalahan-kesalahan dan blunder oknum Polisi yaitu dengan mengingatkan bawahannya untuk bertugas sesuai aturan.

Menurut dia, arahan Prabowo agar jajarannya di bawahnya, yaitu para kepala Polda, Polres, hingga Polsek dapat menjadi teladan bagi anak buah, sudah jelas dan harus benar-benar diamalkan para pimpinan polisi di bawahnya.

"Arahan itu juga menunjukkan bahwa kapolri bertindak sangat tegas dan keras dalam menyikapi rangkaian blunder oknum anggotanya," kata Sahroni dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Kepala Polda NTT pecat 13 polisi anggotanya

Belakangan ini sorotan keras diberikan masyarakat atas sejumlah pelanggaran serius oknum-oknum polisi di berbagai tingkatan, mulai dari bintara polisi hingga di tingkat kepala Polres. Pelanggaran yang diduga terjadi mulai dari bersifat pelanggaran norma dan etika, prosedur baku operasi, penyalahgunaan senjata organik, hingga pidana susila. 

Sahroni mengapresiasi sikap Prabowo yang tidak lelah mengingatkan agar bawahannya bertugas sesuai aturan. Sahroni mengaku setuju bahwa kinerja bawahan tergantung atasan, dan atasan seperti kapolri, dia yakin polisi akan terus berbenah.

Sahroni juga menyoroti terkait perhatian Prabowo atas munculnya penurunan citra Polri di masyarakat karena sejumlah penyimpangan. Menurut dia, hal itu menunjukkan bahwa kapolri sebagai pemimpin tidak ragu mengevaluasi bawahannya sendiri.

Baca juga: Korban penembakan tuntut polisi Rp4 miliar dan 30 babi

"Kapolri juga tahu betul bahwa kalau memang citranya turun, maka Kepolisian Indonesia wajib memperbaiki, ini menunjukkan bahwa polisi tidak anti terhadap evaluasi, masukan, hingga kritikan. Menurut saya itu penting sekali demi mewujudkan Polri Presisi," ujarnya.

Sebelumnya, Prabowo meminta pimpinan tinggi maupun menengah Kepolisian Indonesia dapat jadi teladan bagi semua pihak, mengayomi dan melayani masyarakat dan anggotanya.

"Jadilah pemimpin yang melayani. Pemimpin yang bisa melayani dan menempatkan anggota dan masyarakat sebagai prioritas. Jangan hanya memerintah tapi tidak tahu kesulitan. Ini menjadi masalah," kata dia, dalam sambutan penutupan pendidikan Sespimti Polri Dikreg ke-30, Sespimen Polri Dikreg ke-61 dan Sespimma Polri Angkatan ke-66, di Lembang, Jawa Barat, Rabu.

Baca juga: Polda NTB: Motif oknum polisi tembak mati rekan kerja karena cemburu

Menurut dia, pemimpin harus mampu menjadi teladan bagi semua pihak. Sebagaimana, semangat dari lahirnya konsep Presisi (Prediktif, Responsibilitas, dan Transparansi Berkeadilan).

Sigit menyatakan, konsep Presisi akan bisa dirasakan oleh masyarakat dan internal kepolisian, apabila benar-benar diimplementasikan dengan baik. Dengan melaksanakan gagasan itu, maka Kepolisian Indonesia akan menjadi institusi yang semakin diharapkan oleh masyarakat Indonesia.

Baca juga: Pelaku penembakan Briptu HT terancam penjara seumur hidup

Dalam arahannya, dia pun mengutip peribahasa, ikan busuk mulai dari kepala, dengan kata lain, segala permasalahan internal di kepolisian, dapat terjadi karena pimpinannya bermasalah atau tidak mampu menjadi teladan bagi jajarannya.

"Ada pepatah, ikan busuk mulai dari kepala, kalau pimpinannya bermasalah maka bawahannya akan bermasalah juga," kata dia.

Ia mengatakan pimpinan harus jadi teladan, sehingga bawahannya akan meneladani. Karena pemimpin tidak mungkin diikuti kalau pimpinan tidak memulai yang baik, pimpinan tidak mungkin menegur kalau tidak jadi teladan, harus mulai dari pemimpin atau diri sendiri.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2021