CSR dari BUMN kita akan ubah strateginya. Mayoritas di tiga hal, yaitu pendidikan, lingkungan, dan UMKM. Kita bisa terus efisiensikan walaupun terdampak COVID-19
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Badan Usaha Milik Negara akan memperbesar komposisi tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) perusahaan BUMN untuk tiga sektor yakni pendidikan, lingkungan, dan UMKM.

Hal ini disampaikan Menteri BUMN Erick Tohir saat webinar bertajuk "Road to COP26: Transisi Energi Bersih yang Ramah Lingkungan" pada Jumat (8/10/2021).

"CSR dari BUMN kita akan ubah strateginya. Mayoritas di tiga hal, yaitu pendidikan, lingkungan, dan UMKM. Kita bisa terus efisiensikan walaupun terdampak COVID-19," kata Menteri Erick dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Kementerian BUMN optimistis melalui efisiensi dan perbaikan bisnis model, pemerintah mampu memastikan keberlangsungan bisnis perusahaan sehingga mampu memberikan kontribusi maksimal kepada negara.

"Ini termasuk menjaga CSR karena ini diambil dari kesehatan (finansial) BUMN. Kalau BUMN-nya gak sehat, gak ada CSR," tegas Erick.

Guna mendorong hal tersebut, Erick menginisiasi agar BUMN melakukan terobosan-terobosan penting untuk menjadi bagian aktif dalam menuju Indonesia Net Zero Emission pada 2060.

"Kita mendorong perusahaan BUMN tambang untuk melakukan perbaikan ke lingkungan dan kita akan melakukan pengawasan secara langsung," lanjutnya.

Sejalan dengan misi Kementerian BUMN tersebut, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga telah meluncurkan program baru bernama Gerilya atau Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya.

Program tersebut sebagai bagian dari implementasi metode pembelajaran Merdeka Belajar Kampus Merdeka dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Program ini ditujukan khusus kepada mahasiswa eksakta semester lima ke atas yang ingin menukarkan SKS-nya dalam satu semester untuk belajar dan praktik mengembangkan energi bersih khususnya tenaga surya.

Dari 634 mahasiswa yang mendaftar, telah terpilih 52 mahasiswa yang akan menjalani enam bulan perkuliahan di Program Gerilya yang terdiri atas tiga bulan course dan tiga bulan team based project dengan kolaborasi bersama badan usaha.

Output dari Program Gerilya juga memastikan bahwa terdapat peningkatan kapasitas pembangkit listrik tenaga surya sehingga ikut mendorong pencapaian target 23 persen EBT pada 2025.

"Program Gerilya akan melahirkan aktivis energi bersih dari generasi muda, yang turut mempercepat pemanfaatan solar rooftop dan mendukung pencapaian target bauran EBT sebesar 23 persen tahun 2025," kata Menteri ESDM Arifin dalam acara launching Program Gerilya secara virtual pada Agustus 2021 lalu.

Arifin berharap dukungan terhadap semua pihak guna menyukseskan program tersebut sebagai bagian dari upaya melaksanakan transisi energi dan mencerdaskan bangsa.

"Saya juga mengajak para praktisi, dosen, narasumber ahli dan generasi muda lainnya ikut menjadi pengajar maupun mentor. Dukungan dari stakeholders (BUMN) sangat penting dalam menyukseskan Program Gerilya," kata Menteri Arifin.

Dalam beberapa kesempatan, Menteri Arifin menyampaikan arah kebijakan energi Indonesia depan adalah transisi energi yang lebih bersih, minim emisi, dan ramah lingkungan. Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia pada Paris Agreement yaitu penurunan emisi gas rumah kaca.

Dalam mencapai target tersebut pemerintah memprioritaskan pada pengembangan energi surya karena biaya investasi yang rendah dan waktu implementasi yang singkat.

"Sektor energi diharapkan dapat mengambil peran penting melalui langkah yang inovatif dan sikap kolaboratif untuk dapat mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi dan mendukung pertumbuhan ekonomi hijau," lanjut Arifin.

Baca juga: Erick Thohir berharap CSR BUMN berdampak positif bagi Desa Komodo
Baca juga: Kementerian ESDM selenggarakan Forum ASN Internasional
Baca juga: Pemerintah kaji enam proyek penampungan karbon atasi perubahan iklim

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021