Jakarta (ANTARA) - Kondisi ekonomi saat ini tidak bisa disamakan dengan krisis yang pernah terjadi pada satu atau dua dasawarsa sebelumnya.

Dulu mungkin saja pelaku UMKM mampu menjadi bantalan dan penyelamat roda perekonomian ketika usaha besar terhempas badai krisis moneter pada 1998.

Berlanjut pada satu dasawarsa setelahnya ketika pada 2008 krisis finansial kawasan kembali menghadang perekonomian negeri.

Namun berbeda kini ketika pandemi menghempas seluruh sendi-sendi kehidupan. Bahkan pertahanan UMKM telah rontok di awal ketika tidak saja daya beli masyarakat yang menurun, namun kebijakan perlindungan kesehatan dan ekonomi tampak seperti buah simalakama, maju salah mundur salah.

UMKM telah berdiri di garis terdepan dalam perang melawan pandemi dan banyak di antaranya jatuh berguguran. Mereka yang mencoba untuk kembali bangkit bukan tidaklah mudah.

Hal itu ditambah dengan kondisi yang telah berubah 180 derajat kini, ketika masyarakat telah didorong untuk melakukan adaptasi kebiasaan baru. Maka mau tidak mau UMKM pun harus mengubah pola bisnis dan pola pikirnya dalam menjalankan usaha.

Faktanya memang dapat dikatakan bahwa menjadi pelaku UMKM bukan mudah, namun pemerintah tidak tinggal diam. Misalnya saja produsen sektor pengolahan di Jawa Tengah dan Yogyakarta yang selalu mendapatkan bimbingan dan pembinaan agar bisa segera bangkit dari pandemi.

Pemerintah daerah (pemda) setempat sudah menyatakan dukungan dalam perizinan maupun pemasaran. Bahkan jika produknya adalah berupa hasil olahan yang ikonik dan mudah dijual, maka para agen dan distributor siap menjemput bola.

Ada beberapa program dikembangkan di antaranya Program Active Selling yang mendorong pelaku UMKM agar siap merambah pemasaran di dunia digital.


Active Selling

Sebuah program sebaik apapun tidak akan berjalan lancar tanpa dukungan dan kepercayaan dari peserta yang mengikutinya.

Termasuk juga Program Active Selling yang dicetuskan pemerintah pusat dengan melibatkan pemda sebagai upaya untuk menolong UMKM bangkit dari pandemi.

Program ini mendorong UMKM meningkatkan kompetensi melalui pelatihan termasuk agar bisa onboarding ke platform digital.

Active Selling diharapkan menjadi solusi yang mempermudah UMKM untuk bisa memulai kembali usahanya dalam adaptasi kebiasaan baru. Meski begitu program ini diharapkan tidak membuat UMKM terlena.

Lewat Program Active Selling, para pelaku UMKM terus dituntut antusias menimba ilmu dan mempelajari tantangan yang dihadapi di dunia digital, tanpa meninggalkan moda pemasaran yang telah dijalankan. Pemasaan luring tetap dijalankan, pemasaran daring ditingkatkan.

Mengikuti pendampingan untuk memaksimalkan pemanfaatan aplikasi-aplikasi digital, Ridwan Hamdani, seorang pelaku UMKM di Solo misalnya saat ini tengah fokus memproduksi pakaian batik. Ia bermaksud menjajal peruntungan dengan membuka toko daring di lokapasar. Ridwan berharap dapat memasarkan produknya ke luar wilayah.

Selama pandemi, ia fokus di bidang fesyen. Batik yang ia buat diupayakan bisa selalu mengikuti tren, lalu ia beri kombinasi warna agar tidak monoton. Setelah barang jadi, langsung disetor dan diambil oleh agen. Jadi memang tidak perlu repot.

Meski begitu ia masih tetap penasaran dengan pola pemasaran secara digital. Ridwan sangat berharap bisa memasarkan produknya keluar Solo agar usaha dan mereknya semakin dikenal luas.

Lelaki yang tinggal di sekitar Stadion Manahan ini berharap bisa mendapatkan bimbingan untuk mengenal cara memasarkan produk secara digital.

Senada dengan Ridwan, adalah Budiyanti yang mengolah singkong menjadi oleh-oleh khas Solo yakni Balung Kethek. Walaupun dinamai Balung yang berarti tulang dan identik keras, keripik singkong yang diiris memanjang milik Budiyanti sangat diminati karena rasa dan kerenyahannya. Balung Kethek Solo Ngangeni dapat dijumpai di etalase hotel dan dijual juga di toko ritel modern.

Komunitas Budiyanti beranggotakan 25 UMKM produksi di bawah naungan Disperindagkop. "Kami selalu dibina dan diarahkan agar hasil olahan memiliki kualitas bagus, lalu dibantu juga pemasaran," ucapnya.

Sebetulnya ia sudah memiliki akun di beberapa lokapasar. Tapi ia ingin memaksimalkan akun- akun tersebut dengan berbekal keterampilan dan tips-tips yang diajarkan di Program Active Selling. Selama ini dari akun Google Bussiness yang ia jalankan terbukti sudah banyak yang merespons dengan baik.


Peluang UMKM

Direktur Ekonomi Digital Kementerian Kominfo I Nyoman Adhiarna mengatakan dunia digital membawa peluang baru bagi UMKM untuk memasarkan produknya secara lebih luas.

Pemasaran luring  selama ini sudah dan sebaiknya memang tetap dijaga dengan baik. Lalu kemudian harus dicoba untuk diupayakan pemasaran secara daring agar bisa memperluas jangkauan produk ke luar daerah.

Untuk memulainya memang akan banyak tantangan, tapi pelaku UMKM harus yakin bahwa tidak ada perjuangan yang mudah dan ke depan jika ditekuni pemasaran daring berpeluang menambah pendapatan yang besar.

Oleh karena itu, Kemenkominfo memfasilitasi dan mendampingi pelaku UMKM untuk mempelajari pemasaran digital.

Program Active Selling yang digelar oleh Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika (Ditjen Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) merupakan Program Pendampingan untuk 26 ribu pelaku UMKM produsen sektor pengolahan di 10 Kawasan Wisata Prioritas, termasuk di wilayah Jawa Tengah.

Program Pendampingan ini bertujuan untuk mencapai Active Selling di mana para pelaku UMKM diharapkan untuk aktif mengunggah foto produk lengkap dengan caption-nya di lokapasar, berinteraksi dengan calon pembeli, dan bertransaksi secara daring.

Selama enam bulan, para pelaku UMKM dibimbing oleh para fasilitator terlatih dalam mengoptimalkan media sosial dan lokapasar  untuk kegiatan usaha, penggunaan kasir daring  dan agregator, serta pengenalan terhadap teknologi 4.0 secara gratis, bahkan disediakan paket data.

Program pendampingan ini mendapat tanggapan yang positif dari para pelaku UMKM dan pihak terkait setempat dan diharapkan dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.

Ke depan active selling memang diharapkan bisa menjadi solusi yang menolong UMKM untuk bangkit dari badai pandemi.

Baca juga: Mendorong UMKM go digital dengan active-selling

Baca juga: Pemasaran digital jadi potensi optimalkan UMKM Indonesia

Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021