Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menyebutkan sosialisasi dan edukasi bagi masyarakat harus ditingkatkan untuk menekan potensi pertambahan kasus kanker payudara.

Lestari Moerdijat dalam keterangannya diterima di Jakarta Sabtu, menyebutkan kampanye dan edukasi masyarakat dan keluarga tentang deteksi dini serta pendekatan medis dalam pengobatan kanker, tentunya dapat menjadi bagian dari keseharian para penderita dan penyintas kanker untuk menekan potensi meningkatnya jumlah penderita di masa datang.

"Menderita kanker bukanlah akhir dari segalanya. Hidup ini akan lebih berarti jika pada kesempatan kedua dalam hidup para penyintas bisa bermanfaat bagi sesama," kata dia.

Para penyintas yang berperan aktif dalam menyosialisasikan berbagai permasalahan kanker, tidak hanya membantu sesama tetapi menjadikan dirinya lebih berarti dalam menjalani kehidupan, di tengah data risiko kanker payudara yang semakin meningkat di dunia.

"Data WHO memperkirakan hingga akhir 2020 terdapat 7,8 juta perempuan hidup didiagnosa menderita kanker payudara dalam 5 tahun terakhir, ini menunjukkan kanker payudara merupakan kanker paling banyak diderita di dunia," kata Rerie, sapaan akrabnya.

Rerie menyampaikan itu saat memberikan sambutan pada diskusi virtual kanker payudara bertema “Bersama Melangkah, Meraih Harapan” yang diselenggarakan CISC.

Menurut dia, WHO juga mencatat pada 2020, terdapat 2,3 juta perempuan yang terdiagnosis kanker payudara dan terjadi 685 ribu kematian secara global.

Kondisi itu, menurutnya melahirkan komitmen global terkini untuk mengurangi angka kematian akibat kanker payudara global sebesar 2,5 persen per tahun hingga 2040 dan meningkatkan kelangsungan hidup para penderita kanker payudara.

Karena, lanjut Rerie masih berdasarkan catatan WHO, survival rate kanker payudara lima tahun setelah diagnosis melebihi 80 persen di sebagian besar negara berpenghasilan tinggi.

Namun, kata dia di negara-negara dengan penghasilan lebih rendah seperti India dan Afrika Selatan survival rate-nya masing-masing hanya 66 persen dan 40 persen.

Setidaknya, menurutnya terdapat tiga pilar penting untuk meningkatkan kelangsungan hidup yakni kampanye kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan secara berkala (health promotion).

Kemudian, diagnosa tepat waktu untuk pencegahan dini dan pengobatan menyeluruh (timely diagnosis and comprehensive treatment), serta perawatan dan dukungan berkelanjutan (supportive care).

"Selama masa pandemi kita belajar dan berbenah tanpa menghentikan gerakan saling menjaga, mendukung dan menguatkan satu sama lain terutama mengupayakan dukungan pemerintah terhadap ragam kebutuhan penderita dan penyintas kanker," ucapnya yang juga seorang penyintas kanker payudara itu.

Langkah kolaboratif semua pihak dalam mengatasi ancaman kanker payudara, menurut Rerie merupakan salah satu gambaran besar harapan tentang pentingnya merayakan kehidupan bagi para penderita.

Baca juga: Wakil Ketua MPR dorong pasien kanker payudara dengarkan nasihat dokter

Baca juga: Kanker payudara masih menjadi masalah besar negara berkembang

Baca juga: Dokter sebut kanker payudara kerap terlambat disadari penderita

Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2021