Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dr. Reisa Broto Asmoro menilai bahwa semangat kebersamaan menjadi kunci hidup di tengah pandemi.

"Momentum ini harus terus dipelihara guna memastikan masyarakat siap hidup berdampingan dengan COVID-19," ujar Reisa dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Ia menyampaikan tren positif kasus COVID-19 di Tanah Air terjadi karena kerja keras semua pihak dalam penanganannya, sehingga mendapatkan apresiasi dunia.

Baca juga: Reisa: Penggunaan masker berlaku untuk semua level PPKM

Ia menambahkan percepatan dan pemerataan vaksinasi, koordinasi pemerintah pusat dan daerah dalam melakukan pemeriksaan (testing) dan pelacakan (tracing), serta gotong royong masyarakat, menjadi kunci.

Bahkan, lanjut dia, Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di sekolah-sekolah, yang diputuskan dilaksanakan
di tengah pandemi, jadi salah satu wujud semangat kebersamaan bangsa Indonesia.

"Turunnya kasus aktif hingga di kisaran 50 ribu orang, capaian vaksinasi yang sudah menembus angka 80 juta untuk dosis pertama dan 45 juga untuk dosis kedua, semua adalah berita menggembirakan dan harus kita pertahankan," tutur Reisa.

Untuk itu, kata Reisa, belajar dari kesalahan, lebih tanggap menghadapi risiko COVID-19 dengan tetap ketat menegakkan protokol kesehatan dan menggencarkan vaksinasi.

Reisa mengatakan vaksinasi adalah syarat penting untuk menjalani proses transisi dari pandemi menjadi endemi.

"Selain memenuhi target cakupan, pemerataan capaian vaksinasi COVID-19 juga harus diperhatikan, terutama pada kelompok lansia," katanya.

Baca juga: Reisa sebut kunci keberhasilan PTM ada di semua pihak

Reisa menyatakan meski cakupan vaksinasi kategori tenaga kesehatan dan petugas pelayanan publik sangat tinggi, kategori lansia yang menerima dosis pertama belum mencapai 30 persen. Sedangkan dosis kedua masih kurang dari 20 persen terhadap sasaran yang ditetapkan.

Ia menyarankan setiap pihak fokus membantu vaksinasi COVID-19 agar makin merata di semua kelompok masyarakat.

"Keberhasilan mempertahankan PPKM Level 2 di beberapa kota besar adalah hasil kerja bersama dengan wilayah-wilayah sekitarnya. Maka, keberhasilan pemerataan cakupan vaksinasi pun memiliki prinsip yang sama," jelas Reisa.

Wilayah aglomerasi, menurut Reisa, dapat saling membantu dalam testing, tracing, dan treatment (3T), menjaga mobilitas, mencegah kerumunan, serta memvaksinasi warganya.

"Hal ini sejalan dengan prinsip Badan Kesehatan Dunia (WHO), bahwa kita aman kalau semua aman, karena tidak ada yang aman dari risiko penularan COVID-19 kalau semua orang belum aman oleh vaksinasi," ucapnya.

Reisa juga mengapresiasi kontribusi signifikan dari kelompok relawan, aparat dan anggota masyarakat yang saling membantu, bergotong-royong mencari solusi bersama dalam pengendalian pandemi, di antaranya kolaborasi warga Surabaya untuk menyediakan tabung oksigen dan membagikan bantuan pada mereka yang terdampak.

Baca juga: Reisa: Vaksinasi COVID-19 syarat penting transisi pandemi jadi endemi

Baca juga: Dokter Reisa beberkan alasan banyaknya jenis vaksin di Indonesia


Selain itu, inisiatif masyarakat Surakarta melakukan "Jolijolan" yang memanfaatkan ruang publik untuk saling mendonasikan atau mengambil barang sesuai yang dibutuhkan secara gratis.

Mulai terlaksananya PTM terbatas juga tak lepas dari momentum kebersamaan di tengah masyarakat, baik dalam hal meminimalisasi risiko tertular virus maupun memastikan kualitas belajar anak.

"Kunci keberhasilan PTM ada di tangan kita; guru, orang tua, dan murid. Jaga situasi kondusif dalam pengendalian COVID-19," kata Reisa.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021