Kerja keras masih dibutuhkan untuk mewujudkan harapan itu
Jakarta (ANTARA) - Hampir dua bulan sejak awal Agustus 2021 tren penularan wabah virus corona di DKI Jakarta menurun dan kini stabil di angka rendah.

Data Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat penambahan kasus positif COVID-19 harian pada 19 September 2021 terdapat kasus baru sebanyak 155 orang. Kemudian hanya 91 kasus pada Senin (20/9).

Angka itu terendah sejak 29 Juni 2020. Saat itu kasus positif bertambah sebanyak 95 kasus dan sesudahnya selalu di atas 100 kasus per hari.

Sejak 2 Maret 2020, jumlah konfirmasi kasus positif sebanyak 856.252 kasus. Kini jumlah kasus aktif mencapai 2.569 orang yang masih dirawat atau menjalani isolasi.

Baca juga: Dinkes DKI harap pandemi jadi endemi seiring membaiknya kondisi

Dari jumlah total kasus positif, total orang dinyatakan telah sembuh sebanyak 839.803 dengan tingkat kesembuhan 98,1 persen. Total 13.479 orang telah meninggal dunia dengan tingkat kematian 1,6 persen.

Adapun persentase kasus positif sepekan terakhir (positivity rate) di Jakarta sebesar 1,2 persen. Artinya lebih rendah dari batas atas WHO yang menetapkan 5 persen untuk terkategori kawasan aman.

Dalam sepekan terakhir persentase kasus positif mencapai 1,1 persen dari jumlah orang yang dites usap berbasis "Polymerase Chain Reaction" (PCR) sebanyak 115 ribu orang.
​​
Sedangkan jumlah orang yang dites PCR itu juga melebihi standar WHO, yakni sebanyak 10.645 orang dalam sepekan. Meski kasus COVID-19 menurun, namun angka tes PCR dalam sepekan tetap tinggi.

Sementara untuk data keterisian tempat tidur (Bed Ocupancy Rate/ BOR) isolasi di RS rujukan COVID-19 turun ke angka 9 persen. Sementara ICU berada pada posisi 20 persen.

Pasien umum
Kian menurunnya  angka positif dalam dua bulan terakhir menunjukkan bahwa wabah virus corona (COVID-19) di DKI Jakarta semakin terkendali. Sebanyak 140 rumah sakit rujukan tidak lagi sibuk menangani pasien terpapar virus tersebut.

Bahkan dengan BOR yang rendah, rumah sakit rujukan itu pun longgar. Padahal pada puncak wabah pada pertengahan Juli 2021, jangankan ruangan di dalam gedung, tenda darurat di pelataran rumah sakit pun penuh pasien.

Kini, dengan kondisi rumah sakit rujukan yang longgar dari pasien terpapar COVID-19, maka pasien non COVID-19 bisa mendapatkan perawatan lagi di rumah sakit yang semula menjadi rujukan penanganan wabah.

Pemprov DKI Jakarta pun mulai membuka kembali layanan medis non COVID-19 di tiap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang saat ini menjadi RS rujukan COVID-19 secara bertahap.

Namun peralihan ke pelayanan non COVID-19 dilakukan secara bertahap seiring perkembangan kondisi pandemi COVID-19.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti di Balai Kota Jakarta, proses peralihan tersebut telah dimulai. Kini tim sudah turun untuk melakukan penilaian ke RSUD yang sebelumnya fokus menangani pasien COVID-19.

Tim sudah turun ke rumah sakit dan secara bertahap kita mengembalikan beberapa rumah sakit untuk memulai layanan non COVID-19.

Baca juga: Wamenkeu yakin pandemi COVID-19 akan jadi endemi

Langkah mengalihkan kembali ke layanan dasar sebelum menjadi rumah sakit lantaran adanya beberapa tindakan elektif terhadap pasien non COVID-19 yang tertunda. Hal itu karena pelayanan di rumah sakit rujukan yang fokus pada penyembuhan pasien terpapar COVID-19.

Dengan demikian, beberapa tindakan elektif yang sempat tertunda bisa mulai lagi untuk dilakukan di rumah sakit-rumah sakit.

Hal tersebut juga akan dilakukan pada rumah sakit koordinasi pemerintah pusat dan juga rumah sakit swasta di Jakarta. "Tentu dilakukan koordinasi dengan teman tingkat pusat dan juga asosiasi rumah sakit swasta yang ada di DKI," kata Widyastuti.
Pengunjung membeli tiket bioskop di CGV, Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (16/9/2021). Sejumlah bioskop di Jakarta mulai beroperasi kembali di masa PPKM level 3 dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/foc.

Terus kendalikan
Meski telah menurun, Pemprov DKI Jakarta terus berupaya mengendalikan pandemi COVID-19 dengan menerapkan pelacakan, pemeriksaan dan perawatan atau 3T.

Selain itu, vaksinasi COVID-19 juga digalakkan pada sejumlah kelompok prioritas. Kini warga DKI Jakarta semakin mudah menjangkau lokasi-lokasi vaksinasi COVID-19.

Untuk menjaga agar angka kasus positif tidak terjadi lagi, dibutuhkan peran masyarakat untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Baca juga: Satgas optimistis Indonesia mampu ubah pandemi jadi endemi

Apalagi aktivitas publik semakin dilonggarkan seiring dengan turunnya kasus positif harian di DKI Jakarta maupun secara nasional. Pergerakan atau mobilitas warga semakin bebas.

Meski Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) masih di level tiga tetapi aktivitas publik di Jakarta semakin dilonggarkan. Sejumlah tempat wisata dan bioskop mulai dibuka.

Begitu juga perusahaan yang bergerak di sektor non esensial mulai beroperasi lagi. Karyawannya mulai boleh masuk kantor, meski masih ada pembatasan dan syarat termasuk telah vaksinasi.

Pemerintah pusat telah mengumumkan perpanjangan PPKM dilakukan selama dua minggu sekali dan dievaluasi setiap sepekan. Untuk DKI Jakarta masih PPKM Level 3 dengan sejumlah penyesuaian.

Baca juga: Presiden Jokowi : Perlu siapkan transisi dari pandemi ke endemi

Penyesuaiannya, yakni sektor non esensial di kabupaten/kota PPKM Level 3 kini diperkenankan beroperasi dengan kapasitas 25 persen. Namun pegawai atau karyawan harus sudah divaksinasi dan memiliki aplikasi PeduliLindungi.

Selain itu, pemerintah juga melakukan uji coba masuk mal/pusat perbelanjaan bagi anak-anak berusia di bawah 12 tahun. Salah satunya di Jakarta, setelah sebelumnya kategori usia tersebut dilarang masuk.

Kemudian, pengunjung bioskop di daerah PPKM Level 3 dan 2 dengan kategori kuning sesuai aplikasi PeduliLindungi kini sudah diperkenalkan masuk bioskop. Sebelumnya hanya kategori hijau yang boleh masuk bioskop.

Baca juga: Anies izinkan bioskop beroperasi dengan kapasitas 50 persen

Endemi
Dengan semakin terkendalinya penularan COVID-19 dan pelonggaran aktivitas publik, kini ada harapan bahwa wabah yang masih status pandemi ini perlahan menuju endemi.

Namun untuk perubahan status pandemi menjadi endemi, membutuhkan indikator yang tidak sedikit. Kerja keras masih dibutuhkan untuk mewujudkan harapan itu.

Pada status endemi, nantinya kasus positif COVID-19 masih ada tetapi bisa dikendalikan. Seperti demam berdarah (DBD) yang setiap saat ada kasus, namun sudah bisa dikendalikan.  DKI Jakarta termasuk daerah endemis demam berdarah. Setiap saat kasusnya ada dan bisa dikendalikan dengan baik
Pengunjung memindai kode batang (QR Code) melalui aplikasi PeduliLindungi di Pintu Gerbang Utama Timur, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, Selasa (14/9/2021). Taman Impian Jaya Ancol menjadi salah satu dari 20 destinasi wisata yang ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai lokasi uji coba tahap awal penerapan aplikasi PeduliLindungi sebagai syarat masuk tempat wisata di masa PPKM. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/hp.
.Entah kapan pandemi ini menjadi endemi. Yang jelas, kondisi wabah COVID-19 di Jakarta diyakini sudah terkendali, namun masyarakat tetap diminta menjaga protokol kesehatan (prokes) untuk menekan penularannya kembali.

Warga juga diminta segera melakukan vaksinasi mengingat saat ini sudah ada banyak pilihan vaksin COVID-19. Vaksinasi diyakini merupakan tameng untuk memperkuat imunitas tubuh terhadap kuman, bakteri dan virus termasuk COVID-19.

Prinsipnya tetap waspada dan tidak lalai, apalagi abai karena virus corona senantiasa masih mengintai.

Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2021