Saya selalu berpikir, jika saya tidak menarik diri dari ekstremisme berbau agama, saya akan terus berbuat kejahatan.
Beijing (ANTARA) - Pemerintah Daerah Otonomi Xinjiang, China, menggalang dukungan warga setempat untuk menentang dengar pendapat yang digelar Badan Tribunal Uighur di Inggris.

Penggalangan dukungan dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada warga Xinjiang menyampaikan testimoni secara daring di depan awak media lokal dan internasional di Beijing, Jumat (17/9).

Salah satunya adalah Yerken Rozi, warga etnis Uighur yang tinggal di Beijing, yang menanggapi pernyataan saudara kandungnya Halimat Rozi di badan tribunal tersebut yang mengungkapkan bahwa keluarganya ditahan dan disiksa.

"Apa yang Anda sampaikan itu? Anda bilang kami diawasi? Dan saya ditahan? Bahkan saya dipukuli sampai kaki saya patah. Wajah saya memar dan tulang pinggang remuk?" ucapnya.

Baca juga: Xinjiang desak Taliban putuskan hubungan dengan ETIM

"Kapan Anda melihat kejadian itu? Anda memfitnah. Mengapa Anda sampai mengatakan hal-hal itu? Ketika berada di Tacheng, Anda salah satu murid yang terbaik dan paling cerdas. Anda berkelakuan baik di sekolah dan sangat pintar. Apa yang terjadi pada Anda ketika bertolak ke Jepang?" katanya dalam pengarahan pers yang dipandu oleh dua juru bicara Pemerintah Daerah Otonomi Xinjiang, Xu Guixiang dan Elijan Anayat.

Menurut Xu, Halimat Rozi meninggalkan China pada 2006 dan sekarang menjadi anggota Asosiasi Uighur di Jepang yang berafiliasi dengan Kongres Uighur Dunia (WUC).

Otoritas Xinjiang menduga organisasi tersebut juga memiliki keterkaitan dengan Gerakan Islam Turkistan Timur (ETIM) yang dituduh melakukan serangkaian teror di daerah paling barat daratan Tiongkok itu.

Seorang lulusan kamp vokasi di Kota Kashgar, Abdusami Abdumijit, dalam pengarahan pers jarak jauh itu juga memamerkan keberhasilannya sebagai asisten manager perusahaan makanan di Xinjiang.

"Perusahaan makanan saya mempekerjakan 18 orang. Saya bisa meraih pendapatan 160.000 yuan (Rp352 juta) per tahun. Ini apartemen baru saya yang siap saya tempati. Ini mobil saya. Sekarang saya butuh calon istri yang cantik," ujarnya sambil menunjukkan kesibukan di perusahaannya itu.

Baca juga: Xinjiang tertarik tawaran kerja sama pendidikan Islam dari Indonesia

"Saya selalu berpikir, jika saya tidak menarik diri dari ekstremisme berbau agama, saya akan terus berbuat kejahatan. Tanpa kamp itu, saya tidak akan bisa menjalani kehidupan yang bahagia seperti sekarang," ucapnya.

Selain warga biasa, pengarahan pers yang digelar secara rutin di Xinjiang Tower, hotel dan gedung pertemuan milik Pemda Otonomi Xinjiang di Beijing, itu juga mengundang beberapa unsur masyarakat dan pejabat daerah untuk berbicara kepada media melalui video streaming.

Ada kepala kantor pos polisi di kawasan pusat perbelanjaan Grand Bazaar Urumqi, ada juga imam masjid di kawasan industri teknologi Urumqi, lalu Sekretaris Jenderal Asosiasi Islam China (CIA) Kota Hotan Matnur Mamatrozi, dan lain sebagainya.

Mereka membantah adanya 380 unit kamp konsentrasi seperti yang terungkap dalam "hearing" di Badan Tribunal Uighur pada Senin (12/9) dengan mengacu pada bukti citra satelit.

Jubir Xu mengatakan bahwa bangunan-bangunan yang digambarkan sebagai kamp konsentrasi oleh citra satelit itu merupakan sekolahan dan gudang beras.

"Warga sekitar tidak pernah ada yang tahu bahwa gedung itu digunakan sebagai pusat pelatihan kejuruan," sanggahnya. 

Baca juga: Sindir AS, Xinjiang ungkit pembuatan film "The Kite Runner"
 

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021