Jakarta (ANTARA) - Salah seorang pedagang ikan di Pasar Muara Karang Jakarta Utara, Edi menyebutkan pengelolaan pasar tersebut semakin membaik, seperti tidak ada pungutan liar setelah dikelola Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta, PT Jakarta Propertindo (Perseroda) atau Jakpro.

Edi juga mengungkapkan Jakpro membawa perubahan terhadap pelayanan dan keamanan bagi pedagang maupun pembeli di Pasar Muara Karang.

Baca juga: Jakpro fasilitasi pedagang Pasar Muara Karang vaksin hingga dosis dua

"Kalau jaman dulu kan campur, ada premanisme segala macam. Kalau sekarang enggak ada," ujar Edi saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Sabtu.

Edi mengatakan manajemen Jakpro mampu mencegah pungutan liar yang biasanya dilakukan oknum preman hingga "mencekik leher" para pedagang yang berjualan di pasar tersebut.

Dituturkan Edi, sebelum dikelola Jakpro, masih ada pedagang yang dikenakan pungutan liar karena berjualan di pinggir jalan. Saat ini, seluruh pedagang telah ditarik ke dalam pasar sehingga menutup celah aksi premanisme.

"Sekarang murni, sekarang yang pegang (keamanan pedagang) orang kantor semua. Sehingga pungli tidak ada, preman segala macam enggak ada. Kalau dulu sih, dulu banget, (yang dagang) di jalan ada," ujar Edi.

Dengan ditarik ke dalam pasar, pedagang hanya melakukan pembayaran resmi secara bulanan, dan semua pemasukan ke pasar menggunakan bukti kwitansi.

Sudah lebih dari 10 tahun, Edi berdagang, sejumlah perbaikan banyak dia rasakan. Meski, saat ini masih ada yang ditunggu, yaitu perubahan tempat untuk direnovasi.

"Cuma dari segi tempat pasarnya, masih kurang lah ya, kurang layak. Masih harus direnovasi. Kalau dari segi pelayanan semua baik, baik semua. Saya cuma satu saja ini, menunggu renovasi tempat saja. Yang diinginkan itu," ujar Edi.

Ia merasakan penjualan ikan di Pasar Muara Karang cukup baik. Dalam sehari, pasokan ikan yang bisa dijual beratnya hampir satu kuintal.

Ikan paling laku sebenarnya ikan-ikan kecil dan biasa dikonsumsi sehari-hari, seperti Ikan Kembung, Ikan Tenggiri, Ikan Cue, Cumi, dan Ikan Tongkol.

"Sebenarnya pasar bagus sih sebenarnya (penjualannya). Hampir satu kuintal habis, 70-80 kilogram biasanya, bervariasi," tutur Edi.

Baca juga: Jakpro sasar 368 pedagang Pasar Muara Karang untuk vaksinasi COVID-19
Pedagang menunggu calon pembeli di Pasar Muara Karang, Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat (20/8/2021). PT Jakarta Propertindo (Perseroda) atau JakPro selaku pengelola tetap menerapkan protokol kesehatan ketat di Strategic Business Unit (SBU) yakni Pasar Muara Karang selama PPKM level 4 di Jakarta. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/wsj.

Kalau penjualan lagi baik, seperti Jumat tadi, Edi berani mengambil 50-80 kilogram ikan dari nelayan yang datang. Kalau lagi sepi, ia cuma berani mengambil 40-50 kilogram, karena takut repot menjual dagangannya.

Terlebih di masa pandemi, pedagang harus pintar-pintar memanfaatkan teknologi dalam jaringan (daring) atau online. "Kami biasanya jual lewat online juga, kalau enggak ada online ya klenger saya," ungkap Edi.

Sistem berjualan secara daring itu menggunakan langganan. Sasarannya terbatas, cuma orang-orang sekitar Penjaringan. Tapi begitu mereka minta diantarkan barang, ia biasa mendapat pesanan minimal tiga kilogram.

"Enggak pakai aplikasi, cuma WhatsApp saja sih. Enggak sempat bikin aplikasi begituan. Pesanan minimal tiga kilo, kami antar pakai ojek, tapi ongkos kirim ditanggung pembeli," kata Edi.

Ke depannya, bila renovasi bangunannya lebih baik, ia optimistis pembeli yang datang akan lebih banyak yang datang. Sudah begitu, ia ingin pengelola mengatur ulang tempat berjualan semaksimal mungkin.

Selama ini, tempat berjualan ada di lantai tiga. Padahal kalau berkaca dari pasar-pasar lain, pedagang ikan biasanya ada di lantai bawah supaya lebih memudahkan akses masuk barang yang baru datang.

"Memang ada lift barang, cuma kami jarang pakai karena biar cepat saja. Kami kan melayani pembeli di atas. Biar keuber, bayar orang saja (mengangkut barang sampai lantai tiga)," kata Edi.

Secara umum, Edi menilai peralihan pengelolaan kepada Jakpro telah membawa perbaikan di Pasar Muara Karang, terlebih di masa pandemi, pedagang difasilitasi untuk ikut vaksin di pasar. Menurut dia, pembeli lebih tertarik dengan kios yang pedagangnya sudah vaksin.

"Jadi dibantu vaksin semua, rata-rata vaksin semua. Saya sudah vaksin, ada kartu vaksinnya. Karena harus vaksin semua itu, kalau enggak vaksin mah repot," kata Edi.

Sementara itu, Kepala Pasar Muara Karang Eko Murdiyanto mengatakan sejak dikelola Jakpro, pengelolaan pasar lebih baik dari segi pelayanan.

Utamanya pelayanan kebersihan, mengingat bangunan Pasar Muara Karang merupakan bangunan lama yang memerlukan perawatan-perawatan (maintenance) khusus.

"Ini yang kami prioritaskan untuk maintenance atau perawatan-perawatan yang sifatnya rutin ya. Seperti kebersihan, itu kami prioritaskan," ujar Eko.

Ia mengatakan waktu diambil alih oleh Jakpro dari manajemen pasar yang lama, genangan-genangan air (becek) sudah mulai berkurang karena adanya perbaikan-perbaikan yang dilakukan dari segi pengaturan air, misalnya menambal kebocoran-kebocoran.

"Karena ini kan bangunan tua, bangunan lama yang memerlukan perhatian-perhatian khusus lah untuk kebersihannya," kata Eko.

Selain itu, kata Eko, manajemen Jakpro juga memfasilitasi pedagang dengan kegiatan vaksinasi hingga dosis dua menggunakan jenis AstraZeneca.

"Ini wujud perhatian Jakpro. Sejak 30 Juli itu sekitar 222 orang (pedagang) yang sudah tervaksin (AstraZeneca) tahap dua. Target kami 256 (orang)," kata Eko.

Baca juga: Jakpro tuntaskan tahap akhir ganti untung bagi 624 KK di Kampung Bayam

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Taufik Ridwan
Copyright © ANTARA 2021