Pendampingan yang dilaksanakan di 10 destinasi wisata prioritas ini diharapkan bisa mendorong tercapainya “active-selling” dari 26.000 UMKM kategori produsen sektor pengolahan.
Jakarta (ANTARA) - Mendorong para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk onboarding ke dunia digital bisa menjadi solusi di tengah pandemi COVID-19, terlebih bagi UMKM yang berada di 10 destinasi wisata prioritas.

Namun, upaya tersebut ternyata tak semudah membalik telapak tangan mengingat sebagian besar penguasaan UMKM terhadap teknologi masih rendah.

Meski begitu, UMKM tetap perlu dan terus-menerus didorong agar benar-benar mampu memaksimalkan pemanfaatan aplikasi digital sehingga ke depan dapat mendongkrak pendapatan dan meningkatkan kelas bisnisnya.

Untuk itu, Direktorat Ekonomi Digital, Ditjen Aplikasi Informatika, Kementerian Kominfo memfasilitasi 26.000 UMKM di 10 destinasi wisata prioritas Indonesia dengan dukungan pendampingan oleh fasilitator, training center, bantuan paket data, aplikasi aggregator marketplace, aplikasi kasir (POS - Point of Sales), dan aplikasi pembelajaran online selama enam bulan agar UMKM lebih piawai dalam berbisnis menggunakan platform digital.

Sebanyak 10 destinasi wisata prioritas tersebut mencakup Danau Toba (Sumut), Tanjung Kelayang (Babel), Mandalika (NTB), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Morotai (Maluku Utara), Kepulauan Seribu (Jakarta), Tanjung lesung (Banten), Borobudur (Jateng), Bromo (Jatim), dan Labuan Bajo (NTT). Dengan masing-masing wilayah sebanyak 2.600 UMKM.

Pendampingan yang dilaksanakan di 10 destinasi wisata prioritas ini diharapkan bisa mendorong tercapainya “active-selling” dari 26.000 UMKM kategori produsen sektor pengolahan.

Dari “active selling” tersebut, UMKM diharapkan mampu menghidupkan toko online mereka yang ada di marketplace dengan mengunggah foto dan deskripsi produk, berinteraksi dengan calon konsumen, dan juga melakukan transaksi di marketplace.

Baca juga: Putar otak pelaku UMKM guna bertahan di tengah PPKM

Target kegiatan ini merupakan kelanjutan dari target yang telah dicapai tahun sebelumnya, yakni on-boarding (memiliki atau membuka toko online) dari 20.000 UMKM di pasar-pasar tradisional di sepuluh kota yang ditunjuk.

Pada tahun sebelumnya telah dilakukan on-boarding yang menyasar pedagang-pedagang pasar tradisional.

Sub Koordinator Kajian dan Survei Dampak UMKM Kementerian Kominfo Puti Adella Elvina mengatakan tahun ini program dilanjutkan dengan melakukan “active-selling” agar para pelaku UKM lebih gencar berdagang di pasar online dan dapat memaksimalkan aplikasi-aplikasi digital untuk meningkatkan akses pemasaran, permodalan, dan bisnis yang relatif efektif dan efisien.

Selama enam bulan, dari Juli hingga Desember 2021, sebanyak 26.000 UMKM tersebut didampingi dalam proses “active-selling”.

Pelaku UMKM mendapatkan materi-materi pelatihan dengan topik pemanfaatan media sosial, e-Commerce, teknologi keuangan, aplikasi POS (Point of Sales), dan Teknologi 4.0. Harapannya agar UMKM mampu meningkatkan kapasitas penggunaan aplikasi digital dalam kegiatan usahanya.

Selain itu 26.000 UMKM juga akan mendapatkan fasilitas aplikasi aggregator marketplace, untuk memudahkan proses monitoring terhadap aktivitas toko-toko online di beberapa marketplace.

Baca juga: LinkAja dan Tokko kolaborasi dukung edukasi dan inklusi digital UMKM

UMKM juga dipandu untuk menerapkan aplikasi POS (Point of Sales) agar proses transaksi mereka terbukukan dengan baik.

Dua aplikasi tersebut dapat dimanfaatkan secara gratis selama enam bulan bagi UMKM yang mengikuti kegiatan ini. Untuk mengakses platform digital tersebut UMKM dibekali dengan fasilitas paket data.

Didampingi Fasilitator
Semua menyadari bahwa untuk mendorong UMKM onboarding bukan hal yang mudah, sehingga para fasilitator diterjunkan dan siap mendampingi para UMKM baik secara online maupun offline.

Pendampingan secara offline dapat dilaksanakan di training center yang disediakan di setiap daerah lengkap dengan fasilitas wifi dan laptop. Namun, jika ada kendala untuk hadir ke training center, fasilitator akan datang ke lokasi usaha atau domisili dari para pelaku UMKM.

Akses internet khusus di berbagai titik daerah juga disediakan bagi UMKM yang lokasi usahanya jauh dari training center.

Hal ini juga ditegaskan oleh Koordinator Adopsi Teknologi Digital UMKM Kementerian Kominfo Sumarno di sela-sela kunjungannya ke lapangan yang menyebutkan bahwa fasilitator yang telah mendapatkan training siap mendampingi UMKM baik online ataupun offline.

Baca juga: Pemanfaatan aplikasi digital untuk mendorong UMKM naik kelas

Pendampingan bisa dilakukan di Training Center, maupun di tempat usaha. Pendampingan dan fasilitas ini diberikan untuk 26.000 UMKM selama enam bulan.

Pemanfaatan teknologi dan aplikasi digital memang harus terus digaungkan agar para UMKM di berbagai industri, level, dan daerah, dapat merasakan manfaat teknologi digital untuk menunjang bisnis mereka.

Program ini juga didukung oleh kegiatan publikasi untuk meningkatkan kepedulian masyarakat melalui radio-radio lokal di sepuluh target wilayah yang menjangkau hingga ke pelosok daerah, yang mengajak para pelaku UMKM untuk memaksimalkan kesempatan untuk mengembangkan usahanya dengan mengoptimalkan penggunaan aplikasi digital.

“Awareness” ini juga ditujukan kepada stakeholders terkait, agar dapat bersinergi dalam mendorong perkembangan UMKM di daerahnya.

Bersamaan dengan adanya kegiatan pendampingan, Kemenkominfo juga melaksanakan survei terhadap 37.000 UMKM di sektor produsen dan pengolahan di target lokasi yang sama secara online dan offline.

Survei ini bertujuan untuk memperbaharui data terkait adopsi teknologi digital oleh UMKM, yang dapat digunakan sebagai dasar bagi pelaksanaan program berikutnya.

Plt. Direktur Ekonomi Digital, Kementerian Kominfo I Nyoman Adhiarna mengatakan pihaknya mengembangkan tiga agenda besar bagi UMKM di tanah air yaitu “on-boarding”, “active-selling”, dan “scale-up”. Tiga agenda tersebut bertujuan agar para UMKM berkembang lebih besar dan menjadi yang terdepan dalam ekonomi kerakyatan.

Nyoman Adhiarna berharap tiga program untuk UKM tersebut akan semakin mampu mendorong mereka menjadi pebisnis besar.

Dari lapak biasa UMKM didorong untuk memiliki toko online (“on-boarding”). Lalu difasilitasi agar meningkatkan aktivitas bisnis mereka di berbagai platform digital (“active-selling”).

Ke depan mereka akan didampingi untuk melebarkan sayap dan mengembangkan bisnis dengan program “scale-up”. Dari sanalah kemudian diharapkan 10 destinasi wisata prioritas akan semakin diperkuat SDM UMKM yang tangguh dan berdaya saing global.

Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021