masih tersisa harus diamankan
Ambon (ANTARA) - Pusat Penelitian Laut Dalam (P2LD) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan kawasan hutan mangrove di Teluk Ambon terus berkurang akibat alih fungsi lahan sejak tahun 1972.

"Umumnya hutan mangrove di Teluk Ambon hilang karena dialihfungsikan menjadi lahan pertanian, pemukiman, perumahan dan pembangunan fisik lainnya," kata Perekayasa (Inovator) Ahli Madya Pusat Penelitian Laut Dalam (P2LD) LIPI Daniel D. Pelasula di Ambon, Rabu.

Ia mengatakan jenis mangrove yang mendominasi di Teluk Ambon adalah Rhisophora apiculata, Soneratia alba, Avicenia marina, Excoecaria agallocha, Nypa fruticans dan Hibiscus tiliaceaus, tersebar merata di kawasan pesisir Desa Tawiri, Poka, Waiheru (Kecamatan Teluk Ambon) dan Desa Passo, Halong dan Lateri (Kecamatan Baguala).

Hasil perhitungan dari data citra satelit Landsat MSS yang dilakukan LIPI pada 1999 dan tidak dipublikasikan, menunjukkan sekitar 21 persen hutan mangrove di Teluk Ambon menghilang sejak tahun 1986 hingga 1999, karena dialihfungsikan untuk pertanian dan perumahan.

Penelitian lainnya juga menunjukkan, alih fungsi hutan, termasuk non-mangrove di sekitar Teluk Ambon dari tahun 1972 hingga tahun 1984 kurang lebih 15,6 hektare per tahun, kemudian meningkat menjadi 26,4 hektare per tahun pada 1985-1993.

Laju pembukaan hutan menurun pada masa konflik horisontal yang terjadi tahun 1999-2000, tapi sejak tahun 2001 pembukaan hutan mangrove meningkat drastis hingga mencapai 30,4 hektare per tahun.

Baca juga: LIPI Meriset Ekosistem Mangrove Teluk Piru
Baca juga: Peduli ekosistem laut, elemen di Malut kelola mangrove-satwa liar

Hingga tahun 2009, sisa luas hutan mangrove di Teluk Ambon bagian dalam hanya sebesar 34 hektare. Jumlah tersebut belum termasuk penanaman kembali sebanyak lima hektare di Desa Poka dan Desa Lateri.

"Kondisi hutan mangrove di kawasan pesisir Teluk Ambon bagian dalam memiliki tendensi menurunnya daya dukung. Karena itu yang masih tersisa harus diamankan, salah satunya dengan membangun kebun raya mangrove," ucap dia.

Menurut Daniel, semakin berkurangnya luasan hutan mangrove menyebabkan menurunnya jumlah ikan untuk umpan secara signifikan, seperti puri merah (Stolephorus heterolobus), puri putih (Stolephorus Indicus), puri hitam (Stolephorus buccaneri), dan jenis lainnnya seperti tatare (Rastrelliger kanagurta), make (Sardinella sirm), gosau (Spratelloides delicatulus) dan lolosi (Dipterygonotus balteatus).

Selain itu juga berdampak terhadap menurunnya penyediaan sumber hara untuk mendukung perkembangan sumber daya laut, dan terjadi intrusi air laut ke daratan.

"Teluk Ambon bagian dalam terkenal sebagai ladang ikan umpan penunjang perikanan huhate (pole and line fisheries) hingga tahun 1980. 32 persen ikan umpan didominasi oleh ikan puri," katanya.

Baca juga: Peneliti sebut konflik lahan jadi kendala rehabilitasi mangrove kritis
Baca juga: Peneliti jelaskan dampak rusaknya mangrove untuk emisi karbon

Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021