Ekosistem mangrove merupakan peralihan antara daratan dan lautan sehingga dapat berperan penting dalam menjaga kestabilan lingkungan pesisir
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menanam 105.000 bibit mangrove di area seluas 21 hektare di Desa Kebun Dadap Timur, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, dalam rangka mencegah abrasi sekaligus memulihkan ekosistem pesisir dan menjaga stabilitas ekosistem.

"Rehabilitasi mangrove adalah upaya yang bisa dilakukan untuk memulihkan ekosistem pesisir, mencegah abrasi, dan kerusakan ekosistem serta spesies inti mangrove seperti kepiting dan ikan," kata Dirjen Pengelolaan Ruang Laut KKP Tb Haeru Rahayu dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, kerusakan mangrove dan ekosistem di pesisir sering kali diakibatkan oleh kelalaian manusia, salah satunya akibat pencemaran akibat limbah sampah.

Terkait Sumenep, ia menyebut bahwa lokasi itu dipilih berdasarkan pantauan di tempat yang dinilai sudah kritis akibat banyaknya sampah laut.

"Rusaknya eksositem pesisir karena adanya pencemaran pesisir salah satunya diakibatkan oleh sampah laut yang banyak ditemui di kawasan mangrove, sampah organik dan anorganik ini dapat menyebabkan kondisi lahan mangrove rusak, dan menghambat pertumbuhan mangrove," katanya.

Tb Haeru Rahayu menjelaskan bahwa ekosistem mangrove merupakan peralihan antara daratan dan lautan sehingga dapat berperan penting dalam menjaga kestabilan lingkungan pesisir.

Sementara itu, Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil KKP Muhammad Yusuf menjelaskan penanaman di Kabupaten Sumenep menggunakan 105.000 batang bibit Rhizopora mucronata dengan spesifikasi 3-4 daun.

Kegiatan itu, ujarnya, juga menyerap 75 orang tenaga kerja selama 15 hari dan 1.003 hari orang kerja (HOK) penanaman menggunakan pola padat karya.

"Rehabilitasi ekosistem mangrove ini dilakukan oleh Pokwasmas (Kelompok Pengawas Masyarakat) Reng Paseserdan dan masyarakat di Desa Kebun Dadap Timur. Masyarakat di sini berkomitmen terus menjaga, merawat dan mengelola mangrove sehingga ekosistem mangrove di wilayah ini dapat dikelola sebagai obyek wisata," jelas Yusuf.

Yusuf juga menyampaikan pihaknya terus mendorong dan mengajak seluruh masyarakat bersama pemerintah menjaga kawasan mangrove agar bersih dari sampah. Hal ini penting dilakukan, lanjutnya, agar mangrove dapat memberikan nilai ekologi, ekonomi, dan sosial yang berkelanjutan.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menginginkan masyarakat luas agar dalam menjaga kesehatan laut turut menggalakkan restorasi terumbu karang dan mangrove di berbagai daerah.

Menurut dia, kerusakan terumbu karang dan mangrove juga menjadi persoalan tersendiri bagi kesehatan laut Indonesia. Sebagai upaya perbaikan, pemerintah melalui kementerian/lembaga dan instansi pemerintah lainnya menggalakkan sejumah program restorasi.

Untuk KKP misalnya, melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) tahun 2020 berhasil merestorasi sekitar 74,3 hektare atau setara 93.685 berbagai jenis struktur terumbu karang yang ditempatkan di beberapa kawasan pesisir Pulau Dewata (Nusa Dua, Pandawa, Sanur, Serangan dan Buleleng).

Sedangkan untuk mangrove, KKP melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL) sepanjang tahun lalu saja telah melakukan penanaman 2.975.129 batang mangrove dengan luas area mencapai 448,18 hektare. Luasan ini melampaui target yang ditetapkan sebesar 200 hektare.

"Kami memiliki komitmen juga terhadap kesehatan laut, untuk melakukan restorasi terhadap wilayah pesisir yang kritis terhadap kerusakan tanaman mangrove. Dan ini sudah kami lakukan, total mangrove di Indonesia luasnya 3,3 juta hektare yang kritis 647 ribu hektare. Kami sudah melakukan restorasi kurang lebih sekitar 3.000 hektare," tegasnya.

Baca juga: KKP bangun lagi pusat terumbu karang, kali ini di Maratua Kaltim
Baca juga: KKP tangani lahan kritis pesisir Kalsel dengan tanam mangrove
Baca juga: Menteri Trenggono ingin masyarakat galakkan restorasi karang-mangrove

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021