Vaksinasi dosis pertama sudah jauh melampaui seratus persen
Mataram (ANTARA) - Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat, Sitti Rohmi Djalilah mengakui ada kenaikan kasus COVID-19 sebesar 6,4 persen usai libur Lebaran 1442 Hijriah di wilayah itu, meski kondisinya masih tetap terkendali.

"Kondisi di NTB saat ini masih aman terkendali. Dari data angka kasus 12 hari sebelum dan sesudah Lebaran, naiknya hanya 6,4 persen," ujar Rohmi di Mataram, Jumat.

Wagub menyatakan, sebelum Lebaran angka pasien terpapar COVID-19 sebanyak 453 kasus dan setelah Lebaran naik 482 kasus selama kurun waktu 14 Mei sampai 21 Mei di sepuluh kabupaten dan kota. Meski demikian, Wagub menegaskan penanganan dan pengendalian pandemi COVID-19 di NTB berjalan dengan baik.

"Penanganan terkendali didasarkan pada persentase kesembuhan dan bed occupancy rate atau ketersediaan tempat tidur di rumah sakit dalam batas normal. Bahkan angka kesembuhan NTB masih di atas rata rata nasional dan ketersediaan tempat tidur di bawah lima puluh persen dari indikator normal," ucap Ummi Rohmi sapaan akrab Wagub NTB.

Selain itu, capaian vaksinasi di NTB saat ini sudah menyasar 219.819 orang untuk vaksin dosis pertama atau 195,8 persen dan vaksinasi dosis kedua sudah sebesar 136,1 persen. Hampir dipastikan target vaksinasi bagi tenaga kesehatan, pelayanan publik, guru dan lansia tidak mengalami hambatan berarti.

Baca juga: Vaksinasi lansia, RSUD Mataram-NTB buat tim penjemputan siang-malam

Baca juga: Saat pandemi COVID-19 2021, sudah 60 pekerja migran Mataram-NTB pulang


"Vaksinasi dosis pertama sudah jauh melampaui seratus persen. Hanya PR nya untuk dosis kedua bagi lansia baru 50,7 persen," kata Wagub NTB.

Wagub menambahkan, pemerintah provinsi juga terus merevitalisasi peran Posyandu keluarga dari fungsi semula yang hanya melayani kesehatan ibu dan anak sebagai program unggulan, menjadi sarana vaksinasi dan persoalan sosial lainnya seperti remaja dan buruh migran juga edukasi dan literasi untuk berbagai sektor karena daya jangkaunya sampai ke masyarakat desa dan dusun.

Wagub juga menjelaskan, penggunaan alat rapid test antigen Entram buatan NTB yang telah didistribusikan penggunaannya di kabupaten dan kota sebagai strategi penanganan.

"Selain lebih murah, Entram juga memiliki sensitivitas yang cukup baik untuk mendeteksi penyebaran virus dari pemeriksaan setiap orang," katanya.

Pemprov NTB saat rapat koordinasi penanganan COVID-19 nasional bersama Presiden Jokowi melalui video conference bersama para kepala daerah beberapa waktu lalu pasca Idul Fitri menyebut NTB masuk dalam lima besar zona merah daerah yang tertinggi angka kasusnya.

Namun demikian, seperti ditekankan Wagub, angka kenaikan selama 24 hari menjelang dan usai Lebaran menunjukkan kenaikan yang rendah begitu pula dengan penanganan mudik dan kepulangan mantan pekerja migran ke NTB dapat dikendalikan oleh Satgas COVID-19 NTB bersama Forkopimda dan bupati dan walikota.

Baca juga: Polda NTB dirikan enam pos penyekatan antisipasi arus mudik lebaran

Baca juga: Vaksinasi COVID-19 Lansia di NTB capai 70 persen

Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021